Rabu, 01 Juni 2011

Jemaat dan Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga!


Hari ini jemaat Kristiani memperingati kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Peristiwa itu terjadi 40 hari setelah kebangkitanNya dari antara orang mati.

Lukas menulis tentang kenaikan ini dalam bukunya Kisah Para Rasul, “ … terangkatlah Ia (Yesus) disaksikan oleh mereka (rasul-rasulNya), dan awan menutupNya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang (malaikat) yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka, ‘Hai orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga. Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun … ’” (Kisah Para Rasul 1:9-11).

Jemaat perlu memperhatikan, bagaimana proses keberangkatan Yesus meninggalkan bumi menuju ke sorga itu dilakukan?


Pertama, Yesus terangkat ke sorga dari sebuah bukit bernama Bukit Zaitun, dekat kota Yerusalem. Kedua, Ia terangkat secara perlahan-lahan, tidak mendadak (Inggris: gradually). Ketiga, secara jasmani; jadi bukan hanya roh & jiwaNya saja yang diangkat ke sorga melainkan dengan segenap tubuhNya juga. Keempat, terjadi di depan umum, yaitu kelihatan dengan jelas oleh murid-muridNya. Kelima, disertai oleh awan kemuliaan.

Setibanya di sorga, Tuhan Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa di tempat maha tinggi (Ibrani 4:14; 1:3; 10:12; Roma 8:34; Kolose 3:1; I Petrus 3:22). Kitab Ibrani menulis bahwa Yesus "melintasi semua langit", artinya untuk sampai ke sorga Dia harus melewati atmosfir udara bumi, kemudian ruang kekuasaan roh-roh jahat yaitu angkasa luar, sebelum akhirnya tiba di kediaman BapaNya di sorga, yang oleh rasul Paulus disebut langit ketiga.

Tuhan Yesus sendiri sebelumnya sudah memberitahukan murid-muridNya bahwa Ia akan pergi ke rumah Bapa. Kembalinya Tuhan Yesus ke sorga memberikan paling sedikit dua manfaat bagi jemaat-Nya:

1.menyediakan tempat bagi kita di sorga (Yohanes 14:2)
2.mengutus Roh Kudus untuk diam di dalam kita (Yohanes 14:16-17)

Yang menarik pada kenaikan Yesus ini ialah, pernyataan malaikat bahwa Yesus akan turun kembali ke bumi dengan cara yang sama seperti yang dilihat rasul-rasul tatkala Ia naik ke sorga!

Yesus yang telah naik ke sorga, adalah Yesus yang akan datang kembali untuk menjemput jemaatNya dan membawa semua orang percaya ke tempat di mana Ia berada sekarang. <>

Jawatan Rasul di gereja mula-mula


Quantcast

Yesus naik ke Sorga
Peristiwa bersejarah, ketika Tuhan Yesus akan meninggalkan para murid-Nya di bukit Zaitun untuk pergi kepada Bapa di Sorga dicatat oleh Matius dalam Injilnya pasal 28:18-20 demikian: Yesus mendekati mereka dan berkata:
“Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
1. Menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus.
Terkait dengan Amanat Agung, Rick Joiner menulis dalam buku Pelayanan Apostolik: ”Pondasi Amanat Agung adalah bahwa segala otoritas telah diberikan kepada Yesus, baik di sorga maupun di atas bumi. Pada dasarnya, Amanat Agung merupakan penyataan dari otoritas-Nya”. Tidak dipungkiri lagi bahwa para murid, para rasul adalah pengemban tugas estafet karya besar rencana Tuhan untuk menyelamatkan orang-orang berdosa yang percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Mesias.
Tuhan melengkapi para murid dengan Roh Penolong, Roh Penghibur, Roh Kudus yang akan menuntun para rasul disetiap peristiwa yang di alami oleh para murid yang senantiasa taat dan setia di dalam tugasnya sebagai pengemban Amanat Agung. Dan sejarah membuktikan, bahkan Injil mencatat kinerja para rasul setelah Yesus naik ke sorga. Betapa dahsyat kinerja para rasul ketika menyampaikan kebenaran firman Tuhan di depan khalayak ramai, di tengah-tengah bangsa-bangsa yang berkumpul di Yerusalem.
Yesus dan para rasul
Para rasul mendapatkan kuasa yang sangat besar seperti apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 yang dikatakan: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Perihal Amanat Agung, Dean Wiebracht mengatakan dalam bukunya: ”Jelasnya, Amanat Agung ini bukan sekedar untuk gereja mula-mula. Yesus berjanji untuk bersama-sama dengan pengikut-Nya sampai pada kesudahan alam”.
2. Bentuk pelayanan para rasul.
Pelayanan para rasul mula-mula, tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus guru mereka, bahkan jangkauan pekerjaan para rasul lebih luas. Rachmat T. Manullang dalam tulisannya mengatakan, ”Alkitab menjelaskan prinsip yang harus diikuti, yaitu doa syafaat adalah pelayanan di dunia adikodrati atau dunia roh, dunia yang tidak kelihatan yang harusnya menjadi pendahuluan sebelum ada pelayanan yang lain di dunia nyata atau yang kelihatan”. Dengan tanpa kenal takut para rasul berbicara tentang kebenaran, tentang siapakah Yesus yang telah disalibkan. Para rasul juga ”mendemonstrasikan” mujizat yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Bentuk pelayanan para rasul mula-mula tercatat dalam Kisah Para Rasul 2:46-47 demikian : Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
3. Penyertaan Tuhan dalam pelayanan para rasul.
Pelayanan para rasul terkait erat dengan Gereja. Gereja sebagai tubuh Kristus. Rachmat T. Manullang menulis dalam bukunya, ”Gereja sebagai tubuh Kristus memiliki kekuasaan yang sama seperti yang dimiliki Yesus Kristus atas kuasa setan. Dengan demikian kepenuhan Allah dapat menerima semua tempat dan segala bidang kehidupan”.
Bukti penyertaan Tuhan sangat jelas nampak pada mujizat yang dilakukan para rasul, banyaknya orang yang bertobat ketika para rasul menyampaikan seruan pertobatan. Banyak yang menjadi percaya kepada Tuhan Yesus, dan itu dinyatakan dengan kesedian mereka yang memberi diri dibaptis, dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Ketika para rasul ditangkap para penguasa waktu itu bahkan dimasukkan ke dalam penjara, Tuhan memberikan pertolongan pada para rasul.
Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan tentang penyertaan Tuhan pada para murid-Nya. ”Sebab Tuhan Yesus menyertai para Rasul-Nya seperti telah dijanjikan-Nya (lih. Matius 28:20), dan Ia mengutus Roh Pembantu kepada mereka, untuk membimbing mereka memasuki kepenuhan kebenaran (lih. Yohanes 16:13)”.
Dalam bukunya Rick Joyner mengatakan:
Gereja abad pertama mempunyai bukti yang melimpah tentang hadirat Tuhan bersama mereka. Hampir segala yang mereka kerjakan jauh melampaui ketulusan maupun kepandaian manusia. Sesungguhnya, gereja abad pertama tidak meninggalkan bangunan maupun program apapun di belakang mereka. Mereka hanya meninggalkan hidup yang diubahkan, keluarga, dan bahkan bangsa-bangsa.
4. Dampak pelayanan para rasul pada Gereja mula-mula.
Pekerjaan Tuhan yang dilanjutkan oleh para rasul di muka bumi membawa dampak yang sangat luar biasa. Hill Hamon menulis dalam bukunya.
Rasul-rasul meletakkan fondasi lewat wahyu ilahi dan menghadirkan kebenaran dengan hikmat dan otoritas apostolik. Rasul-rasul biasanya bersedia mendengarkan situasi dari kedua sisi dan kemudian memberikan nasihat bijak. Nasihat itu akan mengoreksi dan menyelesaikannya dengan suara bijak, kedewasaan, dan otoritas ilahi. Jika diperlukan fondasi baru, rasul-rasul kemudian mengajar, mengkhotbahkan, dan menunjukkan doktrin-doktrin Allah dan meletakkan fondasi itu dengan dasar-dasar iman Kristen.
Banyak jiwa dimenangkan bagi Tuhan. Hari pertama rasul Petrus berkhotbah Alkitab mencatat dalam Kisah Para Rasul 2:41-45 yang berkata, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing”.
Rick Joyner dalam bukunya mengatakan,
Itulah sebabnya mengapa Amanat Agung bukan sekedar membuat orang-orang bertobat, tetapi “menjadikan mereka murid”. Murid-murid sejati ini adalah mereka yang diajar untuk mempelajari semua yang telah diperintahkan oleh Yesus. Hari lepas hari para rasul mengajarkan apa yang telah diajarkan kepada mereka. Ini merupakan penggenapan Amanat Agung karena berkaitan dengan mengkhotbahkan Injil bagi keselamatan jiwa.
C. Tujuan pemanggilan khusus sebagai rasul.
1. Pengajaran para rasul pada jemaat mula-mula.
Alkitab mencatat sosok Petrus sebagai pimpinan para rasul, waktu itu tampil kedepan dan berbicara kepada banyak orang di Yerusalem katanya, : Saudara-saudara, aku boleh berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya. Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. Petrus mendapatkan kekuatan dan hikmat luar biasa setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta.
J.L.Ch. Abineno menyinggung peran Roh Kudus dalam bukunya, ”Roh Kudus… menurut kesaksian Alkitab … bukan saja bekerja dalam Israel dan dalam Yesus, tetapi Ia, sesudah Yesus, bekerja juga dalam orang-orang percaya dan di dalam dunia.”.
Janji Tuhan untuk memberikan Roh Kudus kepada para murid-Nya juga ditulis oleh Barney Coombs, ”Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam mereka dan memperlengkapi mereka”.
Petrus kembali mengatakan, ”Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita” Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.” Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”.
Itulah cikal bakal jemaat mula-mula yang mendapatkan penjelasan dari rasul Petrus.
Elmer L. Towns dalam bukunya menjelaskan tentang kehidupan orang Kristen:
Orang Kristen tidak perlu khawatir atau resah tentang pekerjaan apakah yang harus dikerjakan ataupun di manakah ia harus melayani ada rencana Tuhan/Tuan bagi hidupnya (lihat Roma 12:1,2). Orang Kristen tidak harus prihatin jika ia dapat melakukan hal-hal yang dikehendaki Allah untuk dikerjakannya – Tuhan/Tuan menjanjikan karunia-karunia Roh Kudus untuk memampukan dirinya melayani Allah (lihat Roma 12:3-8) .
Pengajaran tentang kebenaran Firman Tuhan sangat penting sebagaimana ditulis Chris Marantika: ”Bukankah firman Tuhan Allah berkata: Segala tulisan yang di ilhamkan [atau dinafaskan] Allah, memang bermanfaat untuk mengajar” (2 Tim.3:16). Jadi sikap yang benar dan wajib bagi setiap orang percaya adalah mempelajari Alkitab secara menyeluruh, termasuk nubuatan”.
2. Janji penyertaan Roh Kudus.
Walter M. Dunnett menulis tentang penyertaan Roh Kudus dalam bukunya:
Dalam ucapan Tuhan Yesus yang terakhir sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Ia menjanjikan kepada para murid, ”Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,” dan penggenapan janji itu terlihat dengan jelas dalam Kisah para Rasul. Roh Kuduslah yang menjadi daya penggerak dalam kesaksian dan pekerjaan mereka bagi Kristus”.
Tuhan Yesus sendiri yang berjanji akan memberikan Roh Kudus yang juga adalah Roh Penghibur. Hal itu dikatakan-Nya kepada para murid waktu itu, kata-Nya, ”Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran”.
James A. Griffin menulis dalam bukunya, ”Roh Kudus” adalah nama yang diberikan kepada pribadi ketiga dalam Tritunggal Mahakudus oleh Yesus sendiri (Matius 28:19)”.
3. Menjadi garam dan terang dunia.
Khotbah Tuhan Yesus di bukit, begitu indah dan terkenal. Pada bagian khotbah-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. (Matius 5:13-16).
4. Menjadi penuai pada akhir zaman.
Bekerja di ladang anggur Tuhan sebagai pengemban Amanat Agung Tuhan Yesus merupakan penggenapan perintah Tuhan dalam Lukas 10:2 yang dikatakan,: Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala”.
Pekerjaan Tuhan melalui gereja-Nya ditulis oleh Chris Marantika: ”Adanya gereja sangat tergantung kepada Kristus yang agung ini. Dasar persatuan dan pengorbanan gereja bisa dikaitkan dengan peristiwa kematian-Nya. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus merupakan keyakinan inti dalam Perjanjian Baru”.
Adalah sangat penting untuk diketahui bahwa Tuhan Yesus akan memberikan penuai-penuai pada akhir jaman, mintalah kepada Bapa dan Bapa akan memberikan yang dibutuhkan demikian Tuhan Yesus menyatakan.
Barney Coombs dalam bukunya berbicara tentang siapakah para murid yang juga para rasul, ”Mereka adalah utusan Injil yang pertama: barisan depan dari orang-orang yang diutus untuk memberitakan Injil Kerajaan sampai ke ujung bumi”.
D. Pemanggilan rasul sebagai Utusan Injil Kerajaan Sorga.
1. Rasul sebagai ujung tombak pemberita Injil.
Alkitab mencatat saat-saat terakhir Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya di bukit Zaitun. Dalam Kisah Para Rasul 1:8-9 ada pesan khusus yang disampaikan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya. Mesias yaitu Tuhan Yesus mengatakan: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi. Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”.
Para murid Tuhan Yesus akan menjadi saksi hidup siapakah Yesus sebenarnya. Para murid Tuhan Yesus yang juga disebut para rasul akan memberitakan Injil Kristus bukan hanya seluruh Yudea dan Samaria, tetapi bahkan sampai ke ujung dunia. Tantangan yang dihadapi para murid tidak ringan, diantaranya adalah peperangan rohani.
Perihal peperangan rohani Rachmat T. Manullang menulis dalam bukunya :
Peperangan rohani yang dimaksudkan adalah berbeda dengan apa yang Yesus alami, karena pada waktu zaman Yesus setan belum dikalahkan, tetapi di zaman ini setan sudah dikalahkan sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kolose 2:15: Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
2. Penyertaan Tuhan sampai akhir zaman.
Matius 28:19-20 berisi janji dan jaminan Tuhan Yesus Kristus kepada para murid-Nya, Tuhan Yesus mengatakan: ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Saat ini jaman belum berakhir, pekerjaan Tuhan masih berlangsung, penginjilan ke seluruh dunia masih terus berjalan artinya penyertaan Tuhan pada para murid-Nya masih terus berlangsung.
Smith Wigglesworth berbicara tentang penyertaan Roh Kudus yang menguatkan anak-anak Tuhan, ”Kita adalah anak-anak Allah yang dikuatkan oleh Roh-Nya dan Ia telah memberikan kuasa untuk mengatasi segala kuasa kegelapan ( Lukas 10:19)”.
3. Penganiayaan terhadap para pemberita Injil.
Tuhan Yesus menyatakan konsekuensi menjadi murid-Nya, Matius 10:17-18 mencatat pernyataan Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
Hal ini dialami oleh para pemberita Injil, sebagaimana apa yang ditulis Elmer L. Towns, ”Tetapi seorang Kristen akan mengalami banyak tekanan dalam kehidupannya. ”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai pencobaan” (Yakobus 1:2)”. Ada resiko ketika mau mengikut Tuhan yaitu kematian.
Richard Brooks menulis: ”Kematian bukanlah ancaman bagi orang Kristen. Kematian membawa kita kepada Kristus dan penghiburan sorgawi”.
Alkitab mencatat dalam Kisah Para Rasul 4:1-3 tentang peristiwa yang menimpa para murid-murid Tuhan Yesus, dikatakan: ”Ketika Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati. Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan sampai keesokan harinya, karena hari telah malam”.
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat mengandung resiko yang tidak ringan, hal ini ditulis Seung Woo Byun dalam bukunya, ”Seseorang yang tidak bisa menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sama sekali tidak bisa menerima Dia. Iman menerima penderitaan, pengampunan, dan kemuliaan Kristus, dan juga tunduk kepada kedaulatan, peraturan, dan jalan keselamatan-Nya”.
Ketika derita menimpa para pemberita Injil, mereka tahu kemana mereka mendapat pertolongan seperti yang ditulis Josh MC Dowell: ”Bapa Teladan kita adalah Sumber Kekuatan, tempat yang aman bagi anak-anak-Nya. Di dalam Dia kita bisa mendapatkan keselamatan dari serangan dan tekanan dunia. Allah adalah tempat perlindungan”.

Menjadi Saksi KRISTUS

"Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah Para Rasul 1:6-11)


Bahan bacaan di atas menjadi acuan ketika saya diminta berbicara di antara teman-teman dalam persekutuan kami. Karena saat ini adalah waktu-waktu menjelang peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus, rasanya memang sudah seharusnya kami membicarakan topik ini. Mulanya biasa saja, bagian bahan yang rasanya tidak terlalu istimewa. Tapi, itu sebelum saya benar-benar memperhatikannya.

Ternyata, setiap bagian dari Firman Tuhan sesungguhnya istimewa. Kita saja yang belum tahu relevansinya.
Kami mulai membahasnya dengan mendiskusikan bagaimana kehidupan di jaman sekarang ini. Seperti apa kualitas kehidupan? Apakah menjadi semakin baik atau semakin buruk? Dan kami harus melihat bahwa ternyata dunia tidaklah sebaik yang diinginkan. Memang benar, ada kemajuan di sana sini tetapi kemerosotan nampaknya lebih cepat terjadi. Sementara sebagian kecil orang menjadi semakin makmur, sebagian besar manusia di muka bumi mengalami kesusahan yang besar. Masalah muncul dalam berbagai bentuk: pertikaian politik, kemunduran ekonomi, masalah kesehatan, masalah kemanusiaan, sampai datangnya bencana alam yang luar biasa.

Kehidupan naik turun seperti roller-coaster: mula-mula terasa naik perlahan-lahan, lalu tiba-tiba meluncur dengan cepat ke bawah. Bedanya, jika dalam permainan roller-coaster orang menjerit ngeri sambil merasa senang, dalam peristiwa yang mengerikan seperti bencana gempa di Nias, orang menjerit ngeri sambil memandang kematian. Kehancuran. Baru saja rasanya aman, selamat dari bencana tsunami sehingga bisa mulai menata hidup, tiba-tiba semuanya runtuh dalam guncangan yang amat keras di malam hari.

Kehidupan orang Kristen tidak terluput dari kesukaran. Adakah yang mendengar berita, pada tanggal 1 April yang lalu di desa Kerala, India? Sekelompok muslim dan hindu baru saja membakar habis sebuah rumah doa dan menyerang tiga anggota gerejanya. Dua hari kemudian, ketika pendetanya -- Paul Ciniraj Mohammed, yang berlatar belakang muslim -- berbicara kepada orang desa tentang penyerangan tersebut, ia dan asistennya turut mengalami penganiayaan.

Apa yang dilakukan oleh pendeta Paul? Ketika asistennya sedang dipukuli, ia berlutut dan berdoa, memohon agar Tuhan menyelamatkan mereka dan juga mengampuni para penyerang mereka itu. Seorang wanita desa menyaksikan bagaimana pendeta Paul berdoa dan tersentuh oleh kerendah-hatiannya, serta merta meminta kepada para penyerang untuk berhenti. Bukan saja berhenti, tetapi juga meminta maaf kepada pendeta itu! Paul Ciniraj Mohammed tidak mengadukan penyerangan ini kepada polisi karena mereka telah meminta maaf. Rumah Doa itu sendiri habis oleh api, tidak terselamatkan, tetapi orang-orang Kristen di desa itu tetap bertekad untuk bersekutu dalam doa dan pemahaman Alkitab di rumah-rumah mereka.

Berita-berita semacam ini muncul dari segala penjuru dunia, termasuk dari Indonesia di mana penganiayaan seakan-akan dilakukan bergilir di seluruh tempat di negeri ini. Sementara itu, gerakan-gerakan fundamentalis Islam bersuara semakin keras, menunjukkan kekuatannya. Belum lama berselang, mereka menekan kalangan Islam Liberal dan mengacungkan vonis pemurtadan, sambil menyerukan sikap yang keras. Sedemikian rupa kerasnya, sehingga tokoh-tokoh muslim sendiri merasa khawatir. Nampaknya, semakin tepat kaum muslim mengikuti kebenaran kitab sucinya, semakin keras sikap mereka terhadap orang-orang yang tidak seiman.

Di luar urusan religius, kita juga dikejutkan dengan masalah moralitas. Rupanya pornografi sudah begitu kuat mencengkram alam pikir anak-anak kita, sehingga dua orang remaja bisa memperkosa seorang bocah berumur 6 tahun, membunuhnya, lalu membakarnya tanpa merasa bersalah. Setelah melakukan kebejatan, mereka masih sempat main bola. Ketika kedua remaja itu ditangkap, mereka sedang bersantai-santai, sama sekali tidak nampak ketakutan atas perbuatan keji yang baru mereka lakukan. Kelihatannya, kombinasi antara kecabulan dan kejahatan sudah membuat manusia lebih jahat dari binatang buas, melampiaskan nafsu hanya demi nafsu.

Ada orang Kristen yang tidak peduli -- dan itulah masalah besarnya. Bagaimana mungkin, seorang Kristen tidak peduli atas dunianya yang semakin lama semakin memburuk? Tetapi dia hanya mengangkat bahu sambil berkata, "biarlah terjadi apa yang akan terjadi, toh Tuhan pasti menolong." Ya, Tuhan pasti menolong, tetapi orang Kristen ini sama sekali tidak mau ikut campur. Ada orang Kristen yang ketakutan, lantas berseru-seru dalam doa dan doa dan doa memohon pemulihan. Tetapi selain berdoa, mereka juga tidak melakukan banyak hal lain, kecuali mencari-cari jawaban atas masa dan waktu. Kita sudah menemukan kelompok jemaat Pondok Nabi yang meyakini hari kedatangan Kristus, yang terbukti keliru. Namun orang tidak berhenti mencari tahu kapan waktu kedatangan-Nya, kapan waktu pemulihan itu.

Dan dipikir-pikir, mungkin beginilah kira-kira keadaan murid-murid Kristus pada masa hidup mereka. Ada keresahan yang besar, penganiayaan yang luar biasa. Penindasan oleh penjajah Romawi yang kejam, yang sedemikian kejam sehingga memberi hukuman salib. Tidak sedikit orang yang dihukum salib seperti Tuhan Yesus, bahkan jumlahnya menurut sejarawan telah mencapai ribuan orang. Tangan Romawi adalah tangan besi, yang menghancurkan Yerusalem di tahun 70 M karena mereka memberontak. Nampaknya, orang Romawi bahkan lebih jahat daripada orang Babilonia yang dahulu juga menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah.

Wajar saja, ketika murid-murid itu menyuarakan pertanyaan "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Mereka telah tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, yang tidak diragukan lagi sanggup memulihkan kerajaan bagi Israel. Itulah yang menjadi impian tiap orang Israel: mendapatkan kerajaan mereka kembali, dalam pemulihan yang ilahi. Mereka menginginkan kehidupan berjalan seperti semula, mendefinisikan "PULIH" sebagaimana yang manusia pikirkan.
Tetapi apa jawab Tuhan? "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."

ENGKAU TIDAK PERLU TAHU. Bukan urusan murid untuk mengetahui tentang masa dan waktu. Bukan urusan kita untuk meributkan dan memusingkan kapan pemulihan akan terjadi. Sebagai ganti dari jawaban atas masa dan waktu pemulihan, Tuhan Yesus memberi suatu kepastian: KAMU AKAN MENERIMA KUASA. Kuasa apa? Kuasa untuk menjadi saksi Tuhan di seluruh dunia.

Tuhan bukannya menghibur murid-murid-Nya dengan memberi penjelasan tentang nubuat-nubuat dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, melainkan Ia menegaskan tentang pokok yang harus dilakukan, untuk menjadi saksi-Nya mengabarkan Injil. Dalam kata-kata Matius, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."

Inilah urusan kita, tugas kita. Keadaan mungkin nampak buruk, situasi kelihatan buruk sehingga tak ada harapan lagi, tetapi urusan kita adalah menjadi saksi Kristus, memberitakan Injil, dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Bagian kita bukan hanya berdoa -- jangan salah, berdoa adalah yang paling penting untuk dilakukan, tetapi bukan satu-satunya yang bisa dikerjakan.

Dahulu ada seorang rekan segereja yang berkomentar, betapa konyolnya membawa alkitab untuk menolong orang yang sedang susah. Sekarang keadaan sedang terjepit, yang dibutuhkan adalah jalan keluar, solusi instan. Cepat! Mana ada waktu untuk bicara tentang hal-hal seperti keselamatan dalam Kristus? Lagipula, betapa tidak pantasnya. Beberapa teman di mailing list mencela sikap orang-orang Kristen yang berusaha memberitakan Injil kepada orang-orang Aceh yang baru terkena bencana Tsunami. Kalau memberikan bantuan kemanusiaan, berikanlah tanpa embel-embel Injil!
Tetapi, sebenarnya Injil adalah faktor utama yang dibawa untuk menyelamatkan orang. Kebenaran Kristus yang datang menyelamatkan dunia menjadi dasar bagi usaha untuk menolong siapa pun yang membutuhkan, 106kan ketika keadaan menjadi sangat sukar dan tidak masuk akal untuk memberikan pertolongan apa pun. Jika orang melakukan usaha kemanusiaan, upaya itu dibatasi oleh sifat manusia. Jika terlalu sukar, atau terlalu berbahaya, orang akan berhenti sambil mengangkat bahunya, "Tidak bisa." Sebaliknya, upaya memberitakan Injil adalah komitmen untuk memenuhi panggilan Tuhan, melakukan pekerjaan yang Allah berikan.

Amat keliru jika memikirkan pemberitaan Injil adalah kotbah atau memaksa orang mendengar dan mengaku percaya demi mendapatkan sekotak makanan. Berita Injil disampaikan terlebih dahulu melalui perbuatan, bukan kata-kata. Tuhan Yesus melakukannya dengan menyembuhkan dan memulihkan kehidupan orang-orang, bukan hanya bicara dan bicara.
Saya sangat tersentuh ketika membaca bukunya Franklin Graham, "Living Beyond The Limits" (terjemahan Indonesia: Hidup Melampaui Batas-batas, penerbit Nafiri Gabriel, Jakarta). Dia memberi kesaksian tentang bagaimana dirinya serta orang-orang yang setia kepada Tuhan bekerja dalam keadaan yang rusak di Angola, Bosnia, Libanon, dan juga kepada narapidana di penjara. Kehidupan yang rusak dipulihkan oleh Firman Allah, dan bantuan kemanusiaan adalah perangkat-perangkat-Nya. Ibaratnya seperti peralatan medis, semua yang dibutuhkan untuk menolong seorang pasien yang sakit. Peralatan-peralatan itu berguna sekali di tangan seorang dokter, tetapi hanya menimbulkan kesulitan di tangan awam (walau bukan berarti tidak bisa dipakai sama sekali). Yang menyembuhkan adalah dokter, bukan peralatannya. Ia yang tahu apa kegunaan setiap alat, bagaimana memakainya dengan efektif.

Untuk semua kesusahan, Graham membawa Firman Allah dengan perangkat-perangkat yang disiapkan oleh Samaritan Purse, organisasi pelayanannya. Ia mendirikan atap-atap bagi orang di Bosnia, memberikan seekor sapi yang menolong Panglima Mohammed melalui musim dingin yang sukar. Tetapi semua itu menjadi bagian dari pemberitaan Injil: tindakan pertolongan itulah yang menjadi Injil yang diberitakan. Pertolongan yang dibutuhkan manusia bukan sekedar cara untuk makan hari ini saja, melainkan pemulihan kehidupan secara utuh, secara menyeluruh. Orang harus ditolong untuk melalui masa-masa yang sukar dan menjalani hidup yang baru, yang kekal di dalam Tuhan.

Pemberitaan Injil menjadi usaha pertolongan yang dibutuhkan itu; isinya bukan hanya sekedar membicarakan Firman, melainkan melakukannya. Orang terlebih dahulu melihat apa yang dilakukan, bukan apa yang diucapkan. Memang sangat penting untuk menjaga agar perilaku senantiasa sesuai dengan ucapan, tetapi jika kita tidak bisa menjaga ucapan kita dari kata-kata yang jahat dan kotor, sebaiknya kita tidak berkata apa-apa.

Apakah semua ini hanya perlu dilakukan tanpa suatu arah, tanpa suatu tujuan akhir? Tidak begitu. Perhatikanlah kembali apa yang terjadi setelah Tuhan Yesus naik ke Surga. Ia telah memberikan amanat-Nya untuk memberitakan Injil. Murid-murid diharapkan untuk segera menyebar dan mempersiapkan diri menerima kuasa seperti dijanjikan-Nya. Jadi, begitu
Kristus naik, sudah selesai, bukan? Tugas sudah diberikan. Briefing sudah selesai. Sekarang, bubar!

Tetapi, Tuhan tidak berhenti di kenaikan. Ketika murid-murid masih memandang ke langit, ada dua orang berpakaian putih memberi penjelasan penting ini: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

Setelah kenaikan-Nya, ada berita lain yang tak kalah pentingnya: Tuhan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kenaikan-Nya ke Sorga. TUHAN AKAN DATANG KEMBALI. Ini perlu ditulis dengan huruf besar-besar, agar kita semua ingat. Pemberitaan Injil bukan hanya suatu proses satu arah, seperti yang dilakukan oleh banyak tokoh agama. Mereka semua menuju ke satu titik puncak, setelah itu masuk ke alam surgawi dan tidak pernah kembali lagi. Tetapi, Tuhan Yesus akan datang kembali. Memang kita tidak tahu tentang waktu dan masa, tetapi kita tahu pasti akan kedatangan-Nya.

Pemberitaan Injil mengarahkan orang untuk menghadapi masa itu, saat-saat kedatangan-Nya. Entah kita masih hidup, atau kita sudah mati, kita semua akan bangkit untuk menyongsong-Nya. Pemberitaan Injil bukan sekedar mengajar orang untuk berbalik dari jalan hidup mereka yang menuju kebinasaan, melainkan mempersiapkan orang bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Orang belajar untuk mengenal Tuhan, merasakan kasih karunia Tuhan, agar selanjutnya bisa membagikan kasih itu kepada orang lain. Ini adalah proses yang bertumbuh, sehingga setiap orang dapat menggunakan segala daya dan upayanya untuk menjangkau orang lain, dan akhirnya kelak bersama-sama akan bertemu muka dengan Tuhan.

Karena sifatnya yang menyongsong ini, waktunya terbatas. Pilihannya pun terbatas. Jika seseorang mau menerima Injil Yesus Kristus, dia akan diselamatkan. Jika ia tidak mau menerima, orang ini tidak akan selamat di hadapan Tuhan yang datang kelak. Dan waktunya tidak panjang: mungkin kematian akan lebih dahulu mengambil kesempatan bertobat. Mungkin pula, besok Tuhan datang dan tidak ada lagi kesempatan. Di tengah-tengah bencana dan kesusahan, siapa yang tahu berapa lama lagi waktunya akan habis?

Ketika saat-Nya tiba, bukankah mereka yang masih belum mengenal Dia akan celaka? Karena itu, betapa pentingnya memberitakan Injil. Beritakanlah dengan perbuatan kita pada dunia, beritakanlah dengan kesaksian kita tentang Kristus dalam hidup kita, dan beritakanlah dengan ucapan kita yang menjelaskan kasih karunia-Nya.

Satu hal, sebagai penutup: untuk memberitakan Injil, kita terlebih dahulu harus mengetahui Injil. Kita harus belajar Firman, belajar dengan tekun dan setia. Kalau tidak belajar, apa yang dapat kita sampaikan? Jangan dengarkan orang-orang yang masih sibuk meributkan tentang otoritas Alkitab, atau tentang kritik-kritik Alkitab. Mereka yang meributkan itu tentu tidak akan menerima Alkitab sebagai Firman Allah yang berotoritas yang harus segera diberitakan kepada banyak orang. Kemanusiaan menjadi hal yang terpisah dari Firman, dan ketika kemanusiaan dilaksanakan tanpa Tuhan, keadaannya seperti alat bedah di tangan seorang awam. Bukannya menyembuhkan, sebaliknya bisa mematikan!
Belajar Firman hanya dapat dimulai dengan merendahkan diri di bawah otoritas Allah, tunduk kepada Firman-Nya.

Dibutuhkan dedikasi dan komitmen untuk merenungkan Firman, menemukan kebenaran-kebenaran mutlak yang dibutuhkan untuk kehidupan. Kita tidak bisa begitu saja membaca Alkitab lalu mendapatkan semuanya, seperti memungut batu di pinggir jalan. Dan dibutuhkan lebih banyak lagi upaya untuk menjadikan kebenaran-Nya menjadi prinsip yang menghidupi kita, yang terwujud dalam segala perkataan, perbuatan, bahkan pikiran kita. Semua ini adalah proses yang terus menerus, pembaharuan budi yang terus menerus menjadi manusia yang Allah inginkan, serta memberi kehidupan pada dunia.

Kiranya, kita mengerti bahwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus adalah awal dari pemberitaan Injil, yang mengajak kita sekalian untuk mengambil bagian di dalamnya. Terpujilah TUHAN!


YESUS KRISTUS mengasihi Anda..