Senyum-Mu menggetarkan hatiku Indah merasuk kalbu Pandangan mata-Mu membelah jiwaku Menghancurkan kebekuan hatiku Meski Engkau hanya ada dalam anganku Tak kuasa aku menatap-Mu Kekuatan-Mu meruntuhkan segala hawa nafsuku Aku tertunduk dan jatuh tersungkur di bawah kaki-Mu Engkaulah Tuhan penyelamatku Pemilik jiwa ragaku Aku berserah kepada-Mu
God so loved the world That He gave.... God so loved the world That He gave His only Son.... Worthy is The Lamb That was slain.... He's risen from the death.... He is risen.... He's high and lifted up.... Heavens and earth adore....
Sabtu, 11 Juni 2011
Gambar Tuhan Yesus
Senyum-Mu menggetarkan hatiku Indah merasuk kalbu Pandangan mata-Mu membelah jiwaku Menghancurkan kebekuan hatiku Meski Engkau hanya ada dalam anganku Tak kuasa aku menatap-Mu Kekuatan-Mu meruntuhkan segala hawa nafsuku Aku tertunduk dan jatuh tersungkur di bawah kaki-Mu Engkaulah Tuhan penyelamatku Pemilik jiwa ragaku Aku berserah kepada-Mu
Mujizat Tuhan Yesus
Cara Mengalami Mujizat Tuhan Yesus
Cara Mengalami Mujizat Tuhan Yesus
Jawab mereka: “Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan.”
(Matius 14:17)
Sally seorang gadis kecil mendengarkan dengan saksama perbincangan kedua orang tuanya tentang Georgi, adiknya yang sakit. “Apa yang harus kita lakukan? Tabungan kita sudah habis. Hanya mukjizat yang bisa menyembuhkan Georgi”, kata ayahnya. Namun, begitu mendengar hal itu, dengan pikiran polosnya Sally kecil bergegas mengambil tabungannya. Lalu, diam-diam dia menyelinap pergi ke apotek tengah kota untuk obat bernama mukjizat itu. Sambil menunjukkan uangnya yang berjumlah 11 dolar 11 sen, Sally bertanya pada pelayan took, “Berapa harga mukjizat?” Hal itu menarik perhatian Dr. Carlton Armstrong seorang ahli bedah yang sedang ada di situ. Dr. Armstrong pun tergerak untuk menolong. Dialah yang mengoperasi dan membiayai pengobatan Georgi sampai sembuh. Itulah satu kisah dari buku Fantastic Adventures in Trusting Him.
Salah satu buku mukjizat Tuhan Yesus yaitu memberi makan 5000 orang laki-laki (belum termasuk wanita dan anak-anak) hanya dengan 5 roti dan 2 ikan. Namun, kita bisa membaca bahwa mukjizat yang luar biasa itu terjadi karena sebuah tindakan. Tuhan Yesus tidak memberikan roti dari langit, tapi Ia membagikan 5 roti dan 2 ikan kepada orang banyak. Ketika murid-murid mengambil tindakan membagikan ini, mukjizat mulai terjadi. Ya, untuk sebuah mukjizat, tidak cukup hanya berdiam diri tapi kita juga harus berani mengambil tindakan.
Meski demikian, sering kali yang kita lakukan justru menantikan ‘hujan roti’ alias hanya berharap tanpa melakukan apa-apa. Kita berharap segala sesuatu terjadi secara supranatural, kesuksesan seperti datang dari langit, utang-utang lunas tanpa harus susah payah bekerja mengusahakannya. Padahal, lebih sering untuk beroleh mukjizat kita harus berani ‘membayar’ lebih dulu, yaitu dengan tindakan iman. Apakah saat ini Anda sedang bergumul menantikan terjadinya mukjizat dalam keuangan, usaha, kesehatan, atau keluarga Anda, ingatlah bahwa jangan hanya menunggu. Iman tanpa perbuatan adalah mati. Mulailah dari apa yang Anda bisa atau miliki dan bawa itu dalam doa.
Cara Mengalami Mujizat, Mujizat, mangalami mujizat, Mujizat Yesus, Mujizat Tuhan, Mujizat Allah, Mujizat Tuhan Yesus
Percaya Yesus, PASTI Masuk Surga!
Saudara,
Siapa diantara anda yang masih ragu-ragu, apakah kalau percaya
Yesus Kristus pasti masuk surga ?.
Kesaksian di bawah ini adalah pergumulan seorang sahabat saya,
yang sudah percaya Yesus tapi tidak yakin selamat. Dan akhirnya
mengalami kejadian hampir mati dan bertemu Tuhan Yesus sendiri.
Inilah kesaksian hidup yang membuktikan bahwa percaya Yesus
PASTI AKAN MASUK SURGA, tidak ada keraguan sama sekali.
Hanya YESUS jalan satu-satunya menuju SURGA. Percayalah kepada
DIA.
————————–
Teman-teman terkasih,
Bulan Februari 2005 ini saya memiliki satu beban dan satu utang yang
rasanya menjadi pikiran saya terus-menerus. Satu tahun berlalu dimana
saya mengalami sebuah pengalaman yang luarbiasa buat saya. Dalam
pengalaman itu saya berjumpa dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka.
Tapi saya sangat ragu-ragu untuk mensharingkan pengalaman ini. Hanya
setelah menunggu satu tahun, dan mereview berulang-ulang, saya berani
mendraft tulisan kesaksian ini. Tahun 2004 itu saya menulis di milis
Ayahbunda bahwa saya tergeletak sakit dirawat di RS UKI. Hanya saya
tidak menulis bahwa disana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Pengalaman yang saya tulis ini benar terjadi. Saya tidak berani
menambahkan atau mengurangi, sebab kita akan berdiri di depan
pengadilan Tuhan Yesus untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita
jalani di bumi. Dan pengalaman ini hanyalah untuk saya sendiri, tidak
boleh dimutlakkan menjadi doktrin. Sebab semua pengajaran harus
berdasarkan pada Alkitab saja.
[Tuhan Yesus, ampuni saya. Karena saya menunda janji yang saya ucapkan
ini. Mohon ampun Tuhan]
—
Sebelum Februari 2004, saya menganggap diri saya adalah seorang
Kristen yang baik. Saya merasa cukup rajin ke gereja [Gereja Kristen
Pasundan dan GKI Depok] dan sangat aktif di milis-milis Kristen
sebagai pelayanan yang saya pilih. Namun saya punya satu problem besar
yang kelak akan mengubah hidup saya. Sesungguhnya saya TIDAK YAKIN
bahwa dosa saya telah ditebus dan saya SUDAH SELAMAT ketika mengaku
percaya kepada Yesus Kristus !.
Setiap hari saya bertanya, kalau saya mati sekarang…kemana saya
pergi ? Apakah betul Yesus ini satu-satunya jalan menuju surga ?
Jangan-jangan saya sekarang berpikir seperti ini ternyata salah.
Jangan-jangan jalan saya menuju neraka, sebab saya bukan orang pilihan
dan saya akan dibakar di neraka. Pikiran-pikiran ini sangat merongrong
saya, dan saya tidak berani menanyakan hal ini ke milis-milis Kristen.
Saya hanya dapat mencari-cari tulisan di internet. Puji Tuhan, saya
bekerja di perusahaan network integrator yang menyediakan akses
internet 24 jam. Sehingga saya bebas meluncur di internet mencari
artikel-artikel untuk *mengobati* iman saya yang sakit karena tidak
percaya.
Saya yakin di antara teman-teman saat ini pasti ada yang seperti saya.
Tidak yakin akan keselamatan anda, padahal anda telah mengaku percaya
kepada Tuhan Yesus !.
Berhari-hari saya menjelajahi artikel-artikel yang keras, di antaranya
adalah situs GKRI Exodus yang beraliran reformed ketat. Salah satu
artikel yang saya baca berulang-ulang adalah mengenai “Bisakah orang
Kristen kehilangan keselamatan ?”. Dan tulisan yang menggetarkan hati
saya adalah ketika Pdt Budi Asali MDiv mengatakan, kalau anda masih
tidak yakin akan keselamatan anda maka ada masalah pada iman anda.
[url]http://members.tripod.com/gkri_exodus/[/url]
Karena kegundahan dalam diri saya [akibat tidak tahu apakah saya ini
selamat atau tidak], saya pernah menulis email kepada Pdt Budi Asali
meminta pertimbangan kalau saya keluar dari pekerjaan ini dan sekolah
teologi untuk jadi pelayan Tuhan fulltime. Jawaban beliau, tidak semua
orang Tuhan panggil untuk pelayanan fulltime. Saya makin bingung
dengan keadaan diri saya.
—
Awal Februari 2004, saya menderita panas tinggi. Istri saya langsung
meminta saya masuk ke Unit Gawat Darurat RS UKI. Sebab waktu itu
banyak gejala Demam Berdarah melanda Jakarta, pemerintah Megawati
mengatakan ini sudah wabah nasional. Jangan-jangan saya kena Demam
Berdarah. Saya masuk perawatan di UKI dengan jaminan Asuransi CAR yang
diberikan kantor. Dan mendapat ruang yang saya tempati sendiri di
bagian Merpati.
Saya diinfus, dan selama beberapa hari panas saya naik turun. Dan
kira-kira setelah 4 hari saya merasa badan saya sudah enak walau masih
demam. Hari itu adalah hari Minggu, dan saya berpikir besok Senin saya
akan minta dr Gultom untuk memberikan surat agar saya bisa keluar hari
Selasa.
Sore hari, setelah mandi pancuran air panas, saya berbaring lagi.
Istri dan anak saya Willie menemani sambil nonton TV. Tiba-tiba badan
saya rasanya dingin dan menggigil. Kaki saya tiba-tiba rasanya kaku,
tapi walau kaku bisa menggigil dengan kuat. Dan kaki ini seperti
bergerak-gerak sendiri.
Dengan panik, istri saya memanggil suster. Suster hanya mengatakan
bahwa saya akan naik panas. Dan efek menggigil ini sudah biasa
terjadi. Saya hanya diselimuti tanpa diberi obat apapun. Badan saya
sudah terguncang-guncang karena menggigil, dan saya sudah
berteriak-teriak “Tuhan Yesus tolong saya, Tuhan Yesus tolong saya !”.
Saat itu saya merasa leher saya seperti dicekik oleh sesuatu yang tidak
kelihatan, dan saya tidak bisa bernapas. Istri saya melihat wajah saya
sudah mulai biru, sementara bagian kaki sudah kaku. Maut telah datang
menghampiri saya.
Para suster berkerumun di sekitar saya, dan seorang laki-laki [mantri]
dipanggil. Saya tidak tahu pada saat itu mereka berpikir saya sedang
‘dirasuki’ oleh roh jahat. Saya ditanya nama saya, siapa nama istri
saya, dengan kesal saya jawab sambil teriak-teriak. Dan saya usir
mereka dari sisi tempat tidur saya. Mereka semua berkumpul dekat
pintu. Mereka tidak tahu harus melakukan apa, dan suster senior cuma
bertanya apa yang saya rasakan saat itu. Padahal napas saya sudah
terhenti beberapa menit, dan saya cuma bisa menunggu maut. Saat itu
saya sudah tidak mampu bicara lagi. Saya hanya tersenggal-senggal
dengan mata menatap ke langit-langit.
Saya cuma bisa menggunakan pikiran saya. Dan dengan pikiran itu, saya
mencoba berkomunikasi dengan Tuhan di akhir hidup saya. “Tuhan Yesus,
saya percaya kepadaMu. Tolong saya Tuhan. Tambahkan hidup saya, jangan
saya dipanggil sekarang. Beban Lisa sangat berat bila saya tinggal
sekarang”. Saya terus-menerus melontarkan pikiran seperti itu, minta
Tuhan menambahkan usia saya.
Di sisi kiri atas saya, rasanya sudah terbuka sebuah dunia lain. Penuh
kegelapan. Saya berpikir ini mungkin lorong orang mati. Saat itu
pikiran saya yang merongrong, datang kembali. Apakah saya ini adalah
musuh Tuhan ? Apakah saya akan dihukum di hadirat Tuhan ? Tuhan ampuni
saya, saya tidak mau mati saat ini, ampuni dosa-dosa saya Tuhan.
Gelisah menghadapi kematian menghantui saya. Rasanya dunia yang satu
lagi, yaitu dunia orang mati, sudah terbuka. Dan saya mulai dapat
melihat dunia yang samar-samar itu.
Entah mulai kapan, saya merasa ada Orang yang sedang menghampiri saya
dari sisi atas kanan. Orang-orang di ruangan itu pasti tidak melihat
apa yang saya lihat. Saya memicingkan mata, sambil masih tetap melihat
ruangan di RS UKI, saya melihat siluet terang Seorang yang berambut
panjang seperti orang barat. Bagian wajahNya gelap, saya tidak bisa
lihat, tapi sisi luar mukaNya terang sekali. Seluruh diri saya,
pikiran saya dan jiwa saya tiba-tiba TAHU bahwa yang datang adalah
Tuhan Yesus sendiri. Entah bagaimana saya dilimpahi pengetahuan bahwa
itu Tuhan, tidak salah lagi. Tapi yang pasti saya langsung TAHU bahwa
itu DIA. Dan saya bicara dengan Dia dengan pikiran.
Saat itu saya tidak merasa takut. Heran sekali. Tadinya saya takut
mati, dan takut dihukum Tuhan. Tapi sekarang, muka bertemu muka,
sepertinya biasa saja. Tidak takut apa-apa.
“Pikiran” Tuhan mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengucapkan
Iman saya di depan orang-orang ini [keluarga, suster dan dokter]. Saya
harus mengakui bahwa saya ada masalah dengan iman saya yang tidak
percaya kepada Tuhan.
Saya menjawab “pikiran” Tuhan dengan “pikiran” saya. Dan herannya,
saya saat itu sangat kurang ajar ketika bicara dengan Tuhan. Kata saya
– Tuhan, memang saya sekarang nggak bisa ngomong, napas tinggal
satu-satu, leher tercekik maut. Tapi kalau saya katakan bahwa saya
melihat Tuhan, dan mengaku iman, mereka akan menyangka saya sudah
gila.
Jadi saat itu saya diam saja, sambil merasakan sakit di leher, dan
napas yang sudah hilang beberapa menit lalu. Saya lebih takut dibilang
gila daripada mengerjakan perkataan Tuhan. Tuhan masih menatap saya,
dan tiba-tiba wajah Tuhan naik ke atas, perlahan-lahan meninggalkan
saya.
Jiwa saya mengatakan bahwa saya dalam bahaya !. Saya baru menolak
Tuhan !. Tangan kanan saya, saya acungkan ke atas berusaha menahan
Tuhan naik ke atas. Istri saya dengan bingung, melihat saya
menggapai-gapai udara seperti sedang mengambil sesuatu.
Dengan tenaga terakhir, saya nekat mau mengaku iman saya di depan
semua orang ini, dan di depan Tuhan juga. Biar deh dianggap gila, itu
masalah belakangan. Dan akhirnya saya bangun di atas tempat tidur.
“Dokter !”, teriak saya. Heran juga, kenapa tiba-tiba cekikan leher
ini agak merenggang sedikit, sehingga saya bisa bernapas dan bicara.
Saya lihat wajah siluet Tuhan Yesus berpindah ke sisi kiri saya. Saya
bingung mau bicara apa ? Saya diam. Dan semua orang menunggu saya.
Tiba-tiba saya melihat dekat wajah Tuhan Yesus, ada tulisan di udara
[dalam bahasa Indonesia]. Ternyata Tuhan membantu saya untuk
mengucapkan kata-kata. “Dokter, saya punya masalah dengan iman. Selama
ini saya tidak percaya bahwa sudah selamat”.
Semua melihat saya dengan bingung. Saya melanjutkan, “Saat ini Tuhan
Yesus sedang berdiri di dekat saya. Dokter harus percaya. Tuhan
menuliskan apa yang saya harus ucapkan”. Saya melihat Tuhan Yesus
menulis sesuatu yang merupakan ujian bagi kehadiran diriNya. “Tuhan
tahu dokter tidak percaya, karena itu pikirkan satu kata di dalam hati
anda dan saya akan mengucapkan apa yang anda pikir”.
Tiba-tiba saya melihat di dada dokter jaga itu ada tulisan melayang
bertuliskan “doa” dan pada saat yang bersamaan saya melihat di dada
adik saya Ferdy ada tulisan “kakak saya sudah gila”.
Saya katakan, “dokter baru berpikir DOA. Dan dik Ferdy berpikir bahwa
saya sudah gila, benar tidak dik ?”. Ferdy ketakutan, dan menjawab
“nggak kok mas”. Saya bantah, “Dik, saya baca sendiri pikiran kamu,
Tuhan yang menunjukkan pada saya”. Akhirnya dia mengaku, “benar mas,
saya pikir mas gila”.
Saya merasa orang-orang disitu sudah yakin akan kehadiran Tuhan Yesus
yang tidak kelihatan oleh mereka. Saya melanjutkan membaca tulisan
yang diberikan Tuhan Yesus. “Saya mau mengaku iman saya”. Demikian
saya membaca satu persatu bayangan tulisan itu. “Saya mengaku percaya
kepada Tuhan Yesus, dan MUNGKIN saya sudah diselamatkan”. Padahal
Tuhan tidak mengatakan MUNGKIN, tapi saya sengaja menambahkan kata itu
dalam pengakuan iman saya. Sebab pemikiran tidak selamat itu masih
menghantui saya.
Akibatnya sangat dahsyat, leher saya rasanya dicekik kembali dengan
kuat oleh kuasa maut. Rupanya saya nggak boleh mengatakan MUNGKIN,
tapi SUDAH !. Maka segera saya meralat, “SAYA SUDAH DISELAMATKAN”. Dan
leher saya bebas bernapas kembali. Berarti saya sudah mengucapkan
maksud Tuhan dengan benar.
Lalu ada perkataan Tuhan lagi yang harus saya ucapkan, “Dan saat ini
saya SUDAH sembuh !”. Maka siluet wajah Tuhan Yesus menghilang. Saya
ambruk ke tempat tidur, dan berkeringat deras sekali. Dokter jaga lalu
memberikan suntikan penenang di paha kanan saya. Istri saya menanyakan
keadaan saya seperti sedang bicara kepada orang yang tidak waras.
Situasi menjadi aneh sekali. Tapi sekarang saya sudah tidak tercekik
lagi.
Terima kasih Tuhan. Saya hidup lagi !.
Maka saya segera tidur, sambil badan tetap berkeringat.
—
Esoknya situasi sudah normal. Saya sudah tidak dilihat sebagai orang
aneh lagi. Dik Ferdy mengatakan bahwa dia berdoa tadi malam, sebagai
bukti kalau memang Tuhan datang — Ferdy minta saya sembuh hari itu
juga dan tidak panas lagi. Dan rupanya terbukti, selama hari itu saya
tidak panas dan segar. Dokter Gultom yang tidak tahu kejadian malam
tsb, mengijinkan saya pulang Selasa.
Bukti bahwa saya bertemu Tuhan muka dengan muka, dibuktikan dengan
kesembuhan mendadak itu. Hasil lab menunjukkan saya tidak kena demam
berdarah, tapi mungkin ada virus lain.
PENUTUP
Beberapa hari setelahnya, saya masih diliputi pikiran perjumpaan
dengan Tuhan Yesus itu. Saya memuji Tuhan dan bersyukur, berapa orang
di dunia ini yang mengucapkan iman langsung di depan Tuhan Yesus ?
Saya adalah salah seorang yang sedikit itu. Ini adalah anugerah dari
Tuhan yang tidak boleh saya sombongkan.
Dan saya sadar bahwa KETIDAKPERCAYAAN saya akan KESELAMATAN,
merupakan hal yang sangat tidak disukai Tuhan. Firman Tuhan di bawah ini
tergiang-ngiang di jiwa saya setiap hari :
Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga
akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan
Bapa-Ku yang di sorga.”
Jadi pengakuan iman [sidi] dengan mulut itu sangat penting !. Kita
harus berani mengakui Tuhan, maka Tuhan akan mengakui kita di depan
Bapa.
Buat teman-teman yang sampai sekarang masih TIDAK PERCAYA bahwa engkau
sudah diselamatkan dan pasti masuk surga, padahal sudah percaya kepada
Tuhan Yesus– saya harap pengalaman ini bisa jadi pemikiran buat anda.
Jangan sampai engkau menghina Tuhan yang sudah menebus engkau dengan
darahNya di kayu salib. Tuhan menebus engkau, dan engkau masih tidak
percaya bahwa engkau sudah selamat, artinya engkau sudah menghina
Tuhan. Percayalah bahwa ketika engkau percaya kepada Tuhan Yesus, maka
detik itu juga engkau sudah selamat dan pasti masuk surga.
Tuhan Yesus memberkati saudara sekalian.
Siapa diantara anda yang masih ragu-ragu, apakah kalau percaya
Yesus Kristus pasti masuk surga ?.
Kesaksian di bawah ini adalah pergumulan seorang sahabat saya,
yang sudah percaya Yesus tapi tidak yakin selamat. Dan akhirnya
mengalami kejadian hampir mati dan bertemu Tuhan Yesus sendiri.
Inilah kesaksian hidup yang membuktikan bahwa percaya Yesus
PASTI AKAN MASUK SURGA, tidak ada keraguan sama sekali.
Hanya YESUS jalan satu-satunya menuju SURGA. Percayalah kepada
DIA.
————————–
Teman-teman terkasih,
Bulan Februari 2005 ini saya memiliki satu beban dan satu utang yang
rasanya menjadi pikiran saya terus-menerus. Satu tahun berlalu dimana
saya mengalami sebuah pengalaman yang luarbiasa buat saya. Dalam
pengalaman itu saya berjumpa dengan Tuhan Yesus, muka dengan muka.
Tapi saya sangat ragu-ragu untuk mensharingkan pengalaman ini. Hanya
setelah menunggu satu tahun, dan mereview berulang-ulang, saya berani
mendraft tulisan kesaksian ini. Tahun 2004 itu saya menulis di milis
Ayahbunda bahwa saya tergeletak sakit dirawat di RS UKI. Hanya saya
tidak menulis bahwa disana saya mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
Pengalaman yang saya tulis ini benar terjadi. Saya tidak berani
menambahkan atau mengurangi, sebab kita akan berdiri di depan
pengadilan Tuhan Yesus untuk mempertanggungjawabkan semua yang kita
jalani di bumi. Dan pengalaman ini hanyalah untuk saya sendiri, tidak
boleh dimutlakkan menjadi doktrin. Sebab semua pengajaran harus
berdasarkan pada Alkitab saja.
[Tuhan Yesus, ampuni saya. Karena saya menunda janji yang saya ucapkan
ini. Mohon ampun Tuhan]
—
Sebelum Februari 2004, saya menganggap diri saya adalah seorang
Kristen yang baik. Saya merasa cukup rajin ke gereja [Gereja Kristen
Pasundan dan GKI Depok] dan sangat aktif di milis-milis Kristen
sebagai pelayanan yang saya pilih. Namun saya punya satu problem besar
yang kelak akan mengubah hidup saya. Sesungguhnya saya TIDAK YAKIN
bahwa dosa saya telah ditebus dan saya SUDAH SELAMAT ketika mengaku
percaya kepada Yesus Kristus !.
Setiap hari saya bertanya, kalau saya mati sekarang…kemana saya
pergi ? Apakah betul Yesus ini satu-satunya jalan menuju surga ?
Jangan-jangan saya sekarang berpikir seperti ini ternyata salah.
Jangan-jangan jalan saya menuju neraka, sebab saya bukan orang pilihan
dan saya akan dibakar di neraka. Pikiran-pikiran ini sangat merongrong
saya, dan saya tidak berani menanyakan hal ini ke milis-milis Kristen.
Saya hanya dapat mencari-cari tulisan di internet. Puji Tuhan, saya
bekerja di perusahaan network integrator yang menyediakan akses
internet 24 jam. Sehingga saya bebas meluncur di internet mencari
artikel-artikel untuk *mengobati* iman saya yang sakit karena tidak
percaya.
Saya yakin di antara teman-teman saat ini pasti ada yang seperti saya.
Tidak yakin akan keselamatan anda, padahal anda telah mengaku percaya
kepada Tuhan Yesus !.
Berhari-hari saya menjelajahi artikel-artikel yang keras, di antaranya
adalah situs GKRI Exodus yang beraliran reformed ketat. Salah satu
artikel yang saya baca berulang-ulang adalah mengenai “Bisakah orang
Kristen kehilangan keselamatan ?”. Dan tulisan yang menggetarkan hati
saya adalah ketika Pdt Budi Asali MDiv mengatakan, kalau anda masih
tidak yakin akan keselamatan anda maka ada masalah pada iman anda.
[url]http://members.tripod.com/gkri_exodus/[/url]
Karena kegundahan dalam diri saya [akibat tidak tahu apakah saya ini
selamat atau tidak], saya pernah menulis email kepada Pdt Budi Asali
meminta pertimbangan kalau saya keluar dari pekerjaan ini dan sekolah
teologi untuk jadi pelayan Tuhan fulltime. Jawaban beliau, tidak semua
orang Tuhan panggil untuk pelayanan fulltime. Saya makin bingung
dengan keadaan diri saya.
—
Awal Februari 2004, saya menderita panas tinggi. Istri saya langsung
meminta saya masuk ke Unit Gawat Darurat RS UKI. Sebab waktu itu
banyak gejala Demam Berdarah melanda Jakarta, pemerintah Megawati
mengatakan ini sudah wabah nasional. Jangan-jangan saya kena Demam
Berdarah. Saya masuk perawatan di UKI dengan jaminan Asuransi CAR yang
diberikan kantor. Dan mendapat ruang yang saya tempati sendiri di
bagian Merpati.
Saya diinfus, dan selama beberapa hari panas saya naik turun. Dan
kira-kira setelah 4 hari saya merasa badan saya sudah enak walau masih
demam. Hari itu adalah hari Minggu, dan saya berpikir besok Senin saya
akan minta dr Gultom untuk memberikan surat agar saya bisa keluar hari
Selasa.
Sore hari, setelah mandi pancuran air panas, saya berbaring lagi.
Istri dan anak saya Willie menemani sambil nonton TV. Tiba-tiba badan
saya rasanya dingin dan menggigil. Kaki saya tiba-tiba rasanya kaku,
tapi walau kaku bisa menggigil dengan kuat. Dan kaki ini seperti
bergerak-gerak sendiri.
Dengan panik, istri saya memanggil suster. Suster hanya mengatakan
bahwa saya akan naik panas. Dan efek menggigil ini sudah biasa
terjadi. Saya hanya diselimuti tanpa diberi obat apapun. Badan saya
sudah terguncang-guncang karena menggigil, dan saya sudah
berteriak-teriak “Tuhan Yesus tolong saya, Tuhan Yesus tolong saya !”.
Saat itu saya merasa leher saya seperti dicekik oleh sesuatu yang tidak
kelihatan, dan saya tidak bisa bernapas. Istri saya melihat wajah saya
sudah mulai biru, sementara bagian kaki sudah kaku. Maut telah datang
menghampiri saya.
Para suster berkerumun di sekitar saya, dan seorang laki-laki [mantri]
dipanggil. Saya tidak tahu pada saat itu mereka berpikir saya sedang
‘dirasuki’ oleh roh jahat. Saya ditanya nama saya, siapa nama istri
saya, dengan kesal saya jawab sambil teriak-teriak. Dan saya usir
mereka dari sisi tempat tidur saya. Mereka semua berkumpul dekat
pintu. Mereka tidak tahu harus melakukan apa, dan suster senior cuma
bertanya apa yang saya rasakan saat itu. Padahal napas saya sudah
terhenti beberapa menit, dan saya cuma bisa menunggu maut. Saat itu
saya sudah tidak mampu bicara lagi. Saya hanya tersenggal-senggal
dengan mata menatap ke langit-langit.
Saya cuma bisa menggunakan pikiran saya. Dan dengan pikiran itu, saya
mencoba berkomunikasi dengan Tuhan di akhir hidup saya. “Tuhan Yesus,
saya percaya kepadaMu. Tolong saya Tuhan. Tambahkan hidup saya, jangan
saya dipanggil sekarang. Beban Lisa sangat berat bila saya tinggal
sekarang”. Saya terus-menerus melontarkan pikiran seperti itu, minta
Tuhan menambahkan usia saya.
Di sisi kiri atas saya, rasanya sudah terbuka sebuah dunia lain. Penuh
kegelapan. Saya berpikir ini mungkin lorong orang mati. Saat itu
pikiran saya yang merongrong, datang kembali. Apakah saya ini adalah
musuh Tuhan ? Apakah saya akan dihukum di hadirat Tuhan ? Tuhan ampuni
saya, saya tidak mau mati saat ini, ampuni dosa-dosa saya Tuhan.
Gelisah menghadapi kematian menghantui saya. Rasanya dunia yang satu
lagi, yaitu dunia orang mati, sudah terbuka. Dan saya mulai dapat
melihat dunia yang samar-samar itu.
Entah mulai kapan, saya merasa ada Orang yang sedang menghampiri saya
dari sisi atas kanan. Orang-orang di ruangan itu pasti tidak melihat
apa yang saya lihat. Saya memicingkan mata, sambil masih tetap melihat
ruangan di RS UKI, saya melihat siluet terang Seorang yang berambut
panjang seperti orang barat. Bagian wajahNya gelap, saya tidak bisa
lihat, tapi sisi luar mukaNya terang sekali. Seluruh diri saya,
pikiran saya dan jiwa saya tiba-tiba TAHU bahwa yang datang adalah
Tuhan Yesus sendiri. Entah bagaimana saya dilimpahi pengetahuan bahwa
itu Tuhan, tidak salah lagi. Tapi yang pasti saya langsung TAHU bahwa
itu DIA. Dan saya bicara dengan Dia dengan pikiran.
Saat itu saya tidak merasa takut. Heran sekali. Tadinya saya takut
mati, dan takut dihukum Tuhan. Tapi sekarang, muka bertemu muka,
sepertinya biasa saja. Tidak takut apa-apa.
“Pikiran” Tuhan mengatakan kepada saya bahwa saya harus mengucapkan
Iman saya di depan orang-orang ini [keluarga, suster dan dokter]. Saya
harus mengakui bahwa saya ada masalah dengan iman saya yang tidak
percaya kepada Tuhan.
Saya menjawab “pikiran” Tuhan dengan “pikiran” saya. Dan herannya,
saya saat itu sangat kurang ajar ketika bicara dengan Tuhan. Kata saya
– Tuhan, memang saya sekarang nggak bisa ngomong, napas tinggal
satu-satu, leher tercekik maut. Tapi kalau saya katakan bahwa saya
melihat Tuhan, dan mengaku iman, mereka akan menyangka saya sudah
gila.
Jadi saat itu saya diam saja, sambil merasakan sakit di leher, dan
napas yang sudah hilang beberapa menit lalu. Saya lebih takut dibilang
gila daripada mengerjakan perkataan Tuhan. Tuhan masih menatap saya,
dan tiba-tiba wajah Tuhan naik ke atas, perlahan-lahan meninggalkan
saya.
Jiwa saya mengatakan bahwa saya dalam bahaya !. Saya baru menolak
Tuhan !. Tangan kanan saya, saya acungkan ke atas berusaha menahan
Tuhan naik ke atas. Istri saya dengan bingung, melihat saya
menggapai-gapai udara seperti sedang mengambil sesuatu.
Dengan tenaga terakhir, saya nekat mau mengaku iman saya di depan
semua orang ini, dan di depan Tuhan juga. Biar deh dianggap gila, itu
masalah belakangan. Dan akhirnya saya bangun di atas tempat tidur.
“Dokter !”, teriak saya. Heran juga, kenapa tiba-tiba cekikan leher
ini agak merenggang sedikit, sehingga saya bisa bernapas dan bicara.
Saya lihat wajah siluet Tuhan Yesus berpindah ke sisi kiri saya. Saya
bingung mau bicara apa ? Saya diam. Dan semua orang menunggu saya.
Tiba-tiba saya melihat dekat wajah Tuhan Yesus, ada tulisan di udara
[dalam bahasa Indonesia]. Ternyata Tuhan membantu saya untuk
mengucapkan kata-kata. “Dokter, saya punya masalah dengan iman. Selama
ini saya tidak percaya bahwa sudah selamat”.
Semua melihat saya dengan bingung. Saya melanjutkan, “Saat ini Tuhan
Yesus sedang berdiri di dekat saya. Dokter harus percaya. Tuhan
menuliskan apa yang saya harus ucapkan”. Saya melihat Tuhan Yesus
menulis sesuatu yang merupakan ujian bagi kehadiran diriNya. “Tuhan
tahu dokter tidak percaya, karena itu pikirkan satu kata di dalam hati
anda dan saya akan mengucapkan apa yang anda pikir”.
Tiba-tiba saya melihat di dada dokter jaga itu ada tulisan melayang
bertuliskan “doa” dan pada saat yang bersamaan saya melihat di dada
adik saya Ferdy ada tulisan “kakak saya sudah gila”.
Saya katakan, “dokter baru berpikir DOA. Dan dik Ferdy berpikir bahwa
saya sudah gila, benar tidak dik ?”. Ferdy ketakutan, dan menjawab
“nggak kok mas”. Saya bantah, “Dik, saya baca sendiri pikiran kamu,
Tuhan yang menunjukkan pada saya”. Akhirnya dia mengaku, “benar mas,
saya pikir mas gila”.
Saya merasa orang-orang disitu sudah yakin akan kehadiran Tuhan Yesus
yang tidak kelihatan oleh mereka. Saya melanjutkan membaca tulisan
yang diberikan Tuhan Yesus. “Saya mau mengaku iman saya”. Demikian
saya membaca satu persatu bayangan tulisan itu. “Saya mengaku percaya
kepada Tuhan Yesus, dan MUNGKIN saya sudah diselamatkan”. Padahal
Tuhan tidak mengatakan MUNGKIN, tapi saya sengaja menambahkan kata itu
dalam pengakuan iman saya. Sebab pemikiran tidak selamat itu masih
menghantui saya.
Akibatnya sangat dahsyat, leher saya rasanya dicekik kembali dengan
kuat oleh kuasa maut. Rupanya saya nggak boleh mengatakan MUNGKIN,
tapi SUDAH !. Maka segera saya meralat, “SAYA SUDAH DISELAMATKAN”. Dan
leher saya bebas bernapas kembali. Berarti saya sudah mengucapkan
maksud Tuhan dengan benar.
Lalu ada perkataan Tuhan lagi yang harus saya ucapkan, “Dan saat ini
saya SUDAH sembuh !”. Maka siluet wajah Tuhan Yesus menghilang. Saya
ambruk ke tempat tidur, dan berkeringat deras sekali. Dokter jaga lalu
memberikan suntikan penenang di paha kanan saya. Istri saya menanyakan
keadaan saya seperti sedang bicara kepada orang yang tidak waras.
Situasi menjadi aneh sekali. Tapi sekarang saya sudah tidak tercekik
lagi.
Terima kasih Tuhan. Saya hidup lagi !.
Maka saya segera tidur, sambil badan tetap berkeringat.
—
Esoknya situasi sudah normal. Saya sudah tidak dilihat sebagai orang
aneh lagi. Dik Ferdy mengatakan bahwa dia berdoa tadi malam, sebagai
bukti kalau memang Tuhan datang — Ferdy minta saya sembuh hari itu
juga dan tidak panas lagi. Dan rupanya terbukti, selama hari itu saya
tidak panas dan segar. Dokter Gultom yang tidak tahu kejadian malam
tsb, mengijinkan saya pulang Selasa.
Bukti bahwa saya bertemu Tuhan muka dengan muka, dibuktikan dengan
kesembuhan mendadak itu. Hasil lab menunjukkan saya tidak kena demam
berdarah, tapi mungkin ada virus lain.
PENUTUP
Beberapa hari setelahnya, saya masih diliputi pikiran perjumpaan
dengan Tuhan Yesus itu. Saya memuji Tuhan dan bersyukur, berapa orang
di dunia ini yang mengucapkan iman langsung di depan Tuhan Yesus ?
Saya adalah salah seorang yang sedikit itu. Ini adalah anugerah dari
Tuhan yang tidak boleh saya sombongkan.
Dan saya sadar bahwa KETIDAKPERCAYAAN saya akan KESELAMATAN,
merupakan hal yang sangat tidak disukai Tuhan. Firman Tuhan di bawah ini
tergiang-ngiang di jiwa saya setiap hari :
Matius 10:32 Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga
akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa
menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan
Bapa-Ku yang di sorga.”
Jadi pengakuan iman [sidi] dengan mulut itu sangat penting !. Kita
harus berani mengakui Tuhan, maka Tuhan akan mengakui kita di depan
Bapa.
Buat teman-teman yang sampai sekarang masih TIDAK PERCAYA bahwa engkau
sudah diselamatkan dan pasti masuk surga, padahal sudah percaya kepada
Tuhan Yesus– saya harap pengalaman ini bisa jadi pemikiran buat anda.
Jangan sampai engkau menghina Tuhan yang sudah menebus engkau dengan
darahNya di kayu salib. Tuhan menebus engkau, dan engkau masih tidak
percaya bahwa engkau sudah selamat, artinya engkau sudah menghina
Tuhan. Percayalah bahwa ketika engkau percaya kepada Tuhan Yesus, maka
detik itu juga engkau sudah selamat dan pasti masuk surga.
Tuhan Yesus memberkati saudara sekalian.
Rabu, 01 Juni 2011
Jemaat dan Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga!
Lukas menulis tentang kenaikan ini dalam bukunya Kisah Para Rasul, “ … terangkatlah Ia (Yesus) disaksikan oleh mereka (rasul-rasulNya), dan awan menutupNya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang (malaikat) yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka, ‘Hai orang-orang Galilea, mengapa kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga. Maka kembalilah rasul-rasul itu ke Yerusalem dari bukit yang disebut Bukit Zaitun … ’” (Kisah Para Rasul 1:9-11).
Jemaat perlu memperhatikan, bagaimana proses keberangkatan Yesus meninggalkan bumi menuju ke sorga itu dilakukan?
Pertama, Yesus terangkat ke sorga dari sebuah bukit bernama Bukit Zaitun, dekat kota Yerusalem. Kedua, Ia terangkat secara perlahan-lahan, tidak mendadak (Inggris: gradually). Ketiga, secara jasmani; jadi bukan hanya roh & jiwaNya saja yang diangkat ke sorga melainkan dengan segenap tubuhNya juga. Keempat, terjadi di depan umum, yaitu kelihatan dengan jelas oleh murid-muridNya. Kelima, disertai oleh awan kemuliaan.
Setibanya di sorga, Tuhan Yesus duduk di sebelah kanan Allah Bapa di tempat maha tinggi (Ibrani 4:14; 1:3; 10:12; Roma 8:34; Kolose 3:1; I Petrus 3:22). Kitab Ibrani menulis bahwa Yesus "melintasi semua langit", artinya untuk sampai ke sorga Dia harus melewati atmosfir udara bumi, kemudian ruang kekuasaan roh-roh jahat yaitu angkasa luar, sebelum akhirnya tiba di kediaman BapaNya di sorga, yang oleh rasul Paulus disebut langit ketiga.
Tuhan Yesus sendiri sebelumnya sudah memberitahukan murid-muridNya bahwa Ia akan pergi ke rumah Bapa. Kembalinya Tuhan Yesus ke sorga memberikan paling sedikit dua manfaat bagi jemaat-Nya:
1.menyediakan tempat bagi kita di sorga (Yohanes 14:2)
2.mengutus Roh Kudus untuk diam di dalam kita (Yohanes 14:16-17)
Yang menarik pada kenaikan Yesus ini ialah, pernyataan malaikat bahwa Yesus akan turun kembali ke bumi dengan cara yang sama seperti yang dilihat rasul-rasul tatkala Ia naik ke sorga!
Yesus yang telah naik ke sorga, adalah Yesus yang akan datang kembali untuk menjemput jemaatNya dan membawa semua orang percaya ke tempat di mana Ia berada sekarang. <>
Jawatan Rasul di gereja mula-mula
Peristiwa bersejarah, ketika Tuhan
Yesus akan meninggalkan para murid-Nya di bukit Zaitun untuk pergi
kepada Bapa di Sorga dicatat oleh Matius dalam Injilnya pasal 28:18-20
demikian: Yesus mendekati mereka dan berkata:
“Kepada-Ku telah diberikan segala
kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua
bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh
Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman”.
1. Menjadikan semua bangsa murid Tuhan Yesus.
Terkait dengan Amanat Agung, Rick
Joiner menulis dalam buku Pelayanan Apostolik: ”Pondasi Amanat Agung
adalah bahwa segala otoritas telah diberikan kepada Yesus, baik di
sorga maupun di atas bumi. Pada dasarnya, Amanat Agung merupakan
penyataan dari otoritas-Nya”. Tidak dipungkiri lagi bahwa para murid,
para rasul adalah pengemban tugas estafet karya besar rencana Tuhan
untuk menyelamatkan orang-orang berdosa yang percaya kepada Tuhan Yesus
sebagai Mesias.
Tuhan melengkapi para murid dengan Roh
Penolong, Roh Penghibur, Roh Kudus yang akan menuntun para rasul
disetiap peristiwa yang di alami oleh para murid yang senantiasa taat
dan setia di dalam tugasnya sebagai pengemban Amanat Agung. Dan sejarah
membuktikan, bahkan Injil mencatat kinerja para rasul setelah Yesus
naik ke sorga. Betapa dahsyat kinerja para rasul ketika menyampaikan
kebenaran firman Tuhan di depan khalayak ramai, di tengah-tengah
bangsa-bangsa yang berkumpul di Yerusalem.
Para rasul mendapatkan kuasa yang
sangat besar seperti apa yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:8 yang
dikatakan: ”Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke
atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh
Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi”. Perihal Amanat Agung, Dean
Wiebracht mengatakan dalam bukunya: ”Jelasnya, Amanat Agung ini bukan
sekedar untuk gereja mula-mula. Yesus berjanji untuk bersama-sama
dengan pengikut-Nya sampai pada kesudahan alam”.
2. Bentuk pelayanan para rasul.
Pelayanan para rasul mula-mula, tidak
jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus guru mereka, bahkan
jangkauan pekerjaan para rasul lebih luas. Rachmat T. Manullang dalam
tulisannya mengatakan, ”Alkitab menjelaskan prinsip yang harus diikuti,
yaitu doa syafaat adalah pelayanan di dunia adikodrati atau dunia roh,
dunia yang tidak kelihatan yang harusnya menjadi pendahuluan sebelum
ada pelayanan yang lain di dunia nyata atau yang kelihatan”. Dengan
tanpa kenal takut para rasul berbicara tentang kebenaran, tentang
siapakah Yesus yang telah disalibkan. Para rasul juga
”mendemonstrasikan” mujizat yang pernah dilakukan oleh Tuhan Yesus.
Bentuk pelayanan para rasul mula-mula tercatat dalam Kisah Para Rasul
2:46-47 demikian : Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul
tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah
masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan
dengan tulus hati, sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang.
Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.
3. Penyertaan Tuhan dalam pelayanan para rasul.
Pelayanan para rasul terkait erat
dengan Gereja. Gereja sebagai tubuh Kristus. Rachmat T. Manullang
menulis dalam bukunya, ”Gereja sebagai tubuh Kristus memiliki kekuasaan
yang sama seperti yang dimiliki Yesus Kristus atas kuasa setan. Dengan
demikian kepenuhan Allah dapat menerima semua tempat dan segala bidang
kehidupan”.
Bukti penyertaan Tuhan sangat jelas
nampak pada mujizat yang dilakukan para rasul, banyaknya orang yang
bertobat ketika para rasul menyampaikan seruan pertobatan. Banyak yang
menjadi percaya kepada Tuhan Yesus, dan itu dinyatakan dengan kesedian
mereka yang memberi diri dibaptis, dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat mereka. Ketika para rasul ditangkap para penguasa waktu itu
bahkan dimasukkan ke dalam penjara, Tuhan memberikan pertolongan pada
para rasul.
Dokumen Konsili Vatikan II menjelaskan
tentang penyertaan Tuhan pada para murid-Nya. ”Sebab Tuhan Yesus
menyertai para Rasul-Nya seperti telah dijanjikan-Nya (lih. Matius
28:20), dan Ia mengutus Roh Pembantu kepada mereka, untuk membimbing
mereka memasuki kepenuhan kebenaran (lih. Yohanes 16:13)”.
Dalam bukunya Rick Joyner mengatakan:
Gereja abad pertama mempunyai bukti
yang melimpah tentang hadirat Tuhan bersama mereka. Hampir segala yang
mereka kerjakan jauh melampaui ketulusan maupun kepandaian manusia.
Sesungguhnya, gereja abad pertama tidak meninggalkan bangunan maupun
program apapun di belakang mereka. Mereka hanya meninggalkan hidup yang
diubahkan, keluarga, dan bahkan bangsa-bangsa.
4. Dampak pelayanan para rasul pada Gereja mula-mula.
Pekerjaan Tuhan yang dilanjutkan oleh
para rasul di muka bumi membawa dampak yang sangat luar biasa. Hill
Hamon menulis dalam bukunya.
Rasul-rasul meletakkan fondasi
lewat wahyu ilahi dan menghadirkan kebenaran dengan hikmat dan otoritas
apostolik. Rasul-rasul biasanya bersedia mendengarkan situasi dari
kedua sisi dan kemudian memberikan nasihat bijak. Nasihat itu akan
mengoreksi dan menyelesaikannya dengan suara bijak, kedewasaan, dan
otoritas ilahi. Jika diperlukan fondasi baru, rasul-rasul kemudian
mengajar, mengkhotbahkan, dan menunjukkan doktrin-doktrin Allah dan
meletakkan fondasi itu dengan dasar-dasar iman Kristen.
Banyak jiwa dimenangkan bagi Tuhan.
Hari pertama rasul Petrus berkhotbah Alkitab mencatat dalam Kisah Para
Rasul 2:41-45 yang berkata, “Orang-orang yang menerima perkataannya itu
memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah
kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul
dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan
roti dan berdoa. Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu
mengadakan banyak mujizat dan tanda. Dan semua orang yang telah menjadi
percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan
bersama, dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu
membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing”.
Rick Joyner dalam bukunya mengatakan,
Itulah sebabnya mengapa Amanat
Agung bukan sekedar membuat orang-orang bertobat, tetapi “menjadikan
mereka murid”. Murid-murid sejati ini adalah mereka yang diajar untuk
mempelajari semua yang telah diperintahkan oleh Yesus. Hari lepas hari
para rasul mengajarkan apa yang telah diajarkan kepada mereka. Ini
merupakan penggenapan Amanat Agung karena berkaitan dengan
mengkhotbahkan Injil bagi keselamatan jiwa.
C. Tujuan pemanggilan khusus sebagai rasul.
1. Pengajaran para rasul pada jemaat mula-mula.
Alkitab mencatat sosok Petrus sebagai
pimpinan para rasul, waktu itu tampil kedepan dan berbicara kepada
banyak orang di Yerusalem katanya, : Saudara-saudara, aku boleh
berkata-kata dengan terus terang kepadamu tentang Daud, bapa bangsa
kita. Ia telah mati dan dikubur, dan kuburannya masih ada pada kita
sampai hari ini. Tetapi ia adalah seorang nabi dan ia tahu, bahwa Allah
telah berjanji kepadanya dengan mengangkat sumpah, bahwa Ia akan
mendudukkan seorang dari keturunan Daud sendiri di atas takhtanya.
Karena itu ia telah melihat ke depan dan telah berbicara tentang
kebangkitan Mesias, ketika ia mengatakan, bahwa Dia tidak ditinggalkan
di dalam dunia orang mati, dan bahwa daging-Nya tidak mengalami
kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu
kami semua adalah saksi. Petrus mendapatkan kekuatan dan hikmat luar
biasa setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta.
J.L.Ch. Abineno menyinggung peran Roh Kudus dalam bukunya, ”Roh
Kudus… menurut kesaksian Alkitab … bukan saja bekerja dalam Israel dan
dalam Yesus, tetapi Ia, sesudah Yesus, bekerja juga dalam orang-orang
percaya dan di dalam dunia.”.
Janji Tuhan untuk memberikan Roh Kudus kepada para murid-Nya juga ditulis oleh Barney Coombs, ”Yesus berjanji akan mengutus Roh Kudus untuk tinggal di dalam mereka dan memperlengkapi mereka”.
Petrus kembali mengatakan, ”Sebab
bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih
jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita”
Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang
sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: “Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini.”
Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan
pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa. Mereka
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka
selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa”.
Itulah cikal bakal jemaat mula-mula yang mendapatkan penjelasan dari rasul Petrus.
Elmer L. Towns dalam bukunya menjelaskan tentang kehidupan orang Kristen:
Orang Kristen tidak perlu khawatir atau resah tentang pekerjaan apakah yang harus dikerjakan ataupun di manakah ia harus melayani ada rencana Tuhan/Tuan bagi hidupnya (lihat Roma 12:1,2). Orang Kristen tidak harus prihatin jika ia dapat melakukan hal-hal yang dikehendaki Allah untuk dikerjakannya – Tuhan/Tuan menjanjikan karunia-karunia Roh Kudus untuk memampukan dirinya melayani Allah (lihat Roma 12:3-8) .
Orang Kristen tidak perlu khawatir atau resah tentang pekerjaan apakah yang harus dikerjakan ataupun di manakah ia harus melayani ada rencana Tuhan/Tuan bagi hidupnya (lihat Roma 12:1,2). Orang Kristen tidak harus prihatin jika ia dapat melakukan hal-hal yang dikehendaki Allah untuk dikerjakannya – Tuhan/Tuan menjanjikan karunia-karunia Roh Kudus untuk memampukan dirinya melayani Allah (lihat Roma 12:3-8) .
Pengajaran tentang kebenaran Firman Tuhan sangat penting sebagaimana ditulis Chris Marantika: ”Bukankah
firman Tuhan Allah berkata: Segala tulisan yang di ilhamkan [atau
dinafaskan] Allah, memang bermanfaat untuk mengajar” (2 Tim.3:16). Jadi
sikap yang benar dan wajib bagi setiap orang percaya adalah mempelajari
Alkitab secara menyeluruh, termasuk nubuatan”.
2. Janji penyertaan Roh Kudus.
Walter M. Dunnett menulis tentang penyertaan Roh Kudus dalam bukunya:
Dalam ucapan Tuhan Yesus yang terakhir sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Ia menjanjikan kepada para murid, ”Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,” dan penggenapan janji itu terlihat dengan jelas dalam Kisah para Rasul. Roh Kuduslah yang menjadi daya penggerak dalam kesaksian dan pekerjaan mereka bagi Kristus”.
Dalam ucapan Tuhan Yesus yang terakhir sebelum kenaikan-Nya ke sorga, Ia menjanjikan kepada para murid, ”Kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu,” dan penggenapan janji itu terlihat dengan jelas dalam Kisah para Rasul. Roh Kuduslah yang menjadi daya penggerak dalam kesaksian dan pekerjaan mereka bagi Kristus”.
Tuhan Yesus sendiri yang berjanji akan
memberikan Roh Kudus yang juga adalah Roh Penghibur. Hal itu
dikatakan-Nya kepada para murid waktu itu, kata-Nya, ”Aku akan
minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong
yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh
Kebenaran”.
James A. Griffin menulis dalam bukunya, ”Roh Kudus” adalah nama yang diberikan kepada pribadi ketiga dalam Tritunggal Mahakudus oleh Yesus sendiri (Matius 28:19)”.
3. Menjadi garam dan terang dunia.
Khotbah Tuhan Yesus di bukit, begitu indah dan terkenal. Pada bagian khotbah-Nya, Tuhan Yesus berkata, “Kamu
adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia
diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu
meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga”. (Matius 5:13-16).
4. Menjadi penuai pada akhir zaman.
Bekerja di ladang anggur Tuhan sebagai
pengemban Amanat Agung Tuhan Yesus merupakan penggenapan perintah Tuhan
dalam Lukas 10:2 yang dikatakan,: Kata-Nya kepada mereka: ”Tuaian
memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan
yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian
itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke
tengah-tengah serigala”.
Pekerjaan Tuhan melalui gereja-Nya ditulis oleh Chris Marantika: ”Adanya
gereja sangat tergantung kepada Kristus yang agung ini. Dasar persatuan
dan pengorbanan gereja bisa dikaitkan dengan peristiwa kematian-Nya.
Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus merupakan keyakinan inti
dalam Perjanjian Baru”.
Adalah sangat penting untuk diketahui
bahwa Tuhan Yesus akan memberikan penuai-penuai pada akhir jaman,
mintalah kepada Bapa dan Bapa akan memberikan yang dibutuhkan demikian
Tuhan Yesus menyatakan.
Barney Coombs dalam bukunya berbicara tentang siapakah para murid yang juga para rasul, ”Mereka
adalah utusan Injil yang pertama: barisan depan dari orang-orang yang
diutus untuk memberitakan Injil Kerajaan sampai ke ujung bumi”.
D. Pemanggilan rasul sebagai Utusan Injil Kerajaan Sorga.
1. Rasul sebagai ujung tombak pemberita Injil.
Alkitab mencatat saat-saat terakhir
Tuhan Yesus meninggalkan murid-murid-Nya di bukit Zaitun. Dalam Kisah
Para Rasul 1:8-9 ada pesan khusus yang disampaikan Tuhan Yesus kepada
para murid-Nya. Mesias yaitu Tuhan Yesus mengatakan: ”Tetapi kamu
akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi. Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia
disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka”.
Para murid Tuhan Yesus akan menjadi
saksi hidup siapakah Yesus sebenarnya. Para murid Tuhan Yesus yang juga
disebut para rasul akan memberitakan Injil Kristus bukan hanya seluruh
Yudea dan Samaria, tetapi bahkan sampai ke ujung dunia. Tantangan yang
dihadapi para murid tidak ringan, diantaranya adalah peperangan rohani.
Perihal peperangan rohani Rachmat T. Manullang menulis dalam bukunya :
Peperangan rohani yang dimaksudkan
adalah berbeda dengan apa yang Yesus alami, karena pada waktu zaman
Yesus setan belum dikalahkan, tetapi di zaman ini setan sudah
dikalahkan sesuai dengan yang dinyatakan dalam Kolose 2:15: Ia telah
melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan
mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
2. Penyertaan Tuhan sampai akhir zaman.
Matius 28:19-20 berisi janji dan jaminan Tuhan Yesus Kristus kepada para murid-Nya, Tuhan Yesus mengatakan: ”Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka
dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.
Saat ini jaman belum berakhir,
pekerjaan Tuhan masih berlangsung, penginjilan ke seluruh dunia masih
terus berjalan artinya penyertaan Tuhan pada para murid-Nya masih terus
berlangsung.
Smith Wigglesworth berbicara tentang penyertaan Roh Kudus yang menguatkan anak-anak Tuhan, ”Kita adalah anak-anak Allah yang dikuatkan oleh Roh-Nya dan Ia telah memberikan kuasa untuk mengatasi segala kuasa kegelapan ( Lukas 10:19)”.
3. Penganiayaan terhadap para pemberita Injil.
Tuhan Yesus menyatakan konsekuensi
menjadi murid-Nya, Matius 10:17-18 mencatat pernyataan Tuhan Yesus
kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: ”Tetapi waspadalah terhadap
semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama
dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya. Dan karena Aku, kamu
akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu
kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah”.
Hal ini dialami oleh para pemberita Injil, sebagaimana apa yang ditulis Elmer L. Towns, ”Tetapi
seorang Kristen akan mengalami banyak tekanan dalam kehidupannya.
”Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu
jatuh ke dalam berbagai pencobaan” (Yakobus 1:2)”. Ada resiko ketika mau mengikut Tuhan yaitu kematian.
Richard Brooks menulis: ”Kematian bukanlah ancaman bagi orang Kristen. Kematian membawa kita kepada Kristus dan penghiburan sorgawi”.
Alkitab mencatat dalam Kisah Para Rasul 4:1-3 tentang peristiwa yang menimpa para murid-murid Tuhan Yesus, dikatakan: ”Ketika
Petrus dan Yohanes sedang berbicara kepada orang banyak, mereka
tiba-tiba didatangi imam-imam dan kepala pengawal Bait Allah serta
orang-orang Saduki. Orang-orang itu sangat marah karena mereka mengajar
orang banyak dan memberitakan, bahwa dalam Yesus ada kebangkitan dari
antara orang mati. Mereka ditangkap dan diserahkan ke dalam tahanan
sampai keesokan harinya, karena hari telah malam”.
Menerima Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat mengandung resiko yang tidak ringan, hal ini ditulis Seung
Woo Byun dalam bukunya, ”Seseorang yang tidak bisa menerima
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, sama sekali tidak bisa menerima
Dia. Iman menerima penderitaan, pengampunan, dan kemuliaan Kristus, dan
juga tunduk kepada kedaulatan, peraturan, dan jalan keselamatan-Nya”.
Ketika derita menimpa para pemberita
Injil, mereka tahu kemana mereka mendapat pertolongan seperti yang
ditulis Josh MC Dowell: ”Bapa Teladan kita adalah Sumber Kekuatan,
tempat yang aman bagi anak-anak-Nya. Di dalam Dia kita bisa mendapatkan
keselamatan dari serangan dan tekanan dunia. Allah adalah tempat
perlindungan”.
Menjadi Saksi KRISTUS
"Maka bertanyalah mereka yang berkumpul di situ: "Tuhan,
maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?"
Jawab-Nya: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang
ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi." Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan
oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka
sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua
orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka:
"Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit?
Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang
kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
(Kisah Para Rasul 1:6-11)
Bahan bacaan di atas menjadi acuan ketika saya diminta berbicara di antara teman-teman dalam persekutuan kami. Karena saat ini adalah waktu-waktu menjelang peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus, rasanya memang sudah seharusnya kami membicarakan topik ini. Mulanya biasa saja, bagian bahan yang rasanya tidak terlalu istimewa. Tapi, itu sebelum saya benar-benar memperhatikannya.
Ternyata, setiap bagian dari Firman Tuhan sesungguhnya istimewa. Kita saja yang belum tahu relevansinya.
Kami mulai membahasnya dengan mendiskusikan bagaimana kehidupan di jaman sekarang ini. Seperti apa kualitas kehidupan? Apakah menjadi semakin baik atau semakin buruk? Dan kami harus melihat bahwa ternyata dunia tidaklah sebaik yang diinginkan. Memang benar, ada kemajuan di sana sini tetapi kemerosotan nampaknya lebih cepat terjadi. Sementara sebagian kecil orang menjadi semakin makmur, sebagian besar manusia di muka bumi mengalami kesusahan yang besar. Masalah muncul dalam berbagai bentuk: pertikaian politik, kemunduran ekonomi, masalah kesehatan, masalah kemanusiaan, sampai datangnya bencana alam yang luar biasa.
Kehidupan naik turun seperti roller-coaster: mula-mula terasa naik perlahan-lahan, lalu tiba-tiba meluncur dengan cepat ke bawah. Bedanya, jika dalam permainan roller-coaster orang menjerit ngeri sambil merasa senang, dalam peristiwa yang mengerikan seperti bencana gempa di Nias, orang menjerit ngeri sambil memandang kematian. Kehancuran. Baru saja rasanya aman, selamat dari bencana tsunami sehingga bisa mulai menata hidup, tiba-tiba semuanya runtuh dalam guncangan yang amat keras di malam hari.
Kehidupan orang Kristen tidak terluput dari kesukaran. Adakah yang mendengar berita, pada tanggal 1 April yang lalu di desa Kerala, India? Sekelompok muslim dan hindu baru saja membakar habis sebuah rumah doa dan menyerang tiga anggota gerejanya. Dua hari kemudian, ketika pendetanya -- Paul Ciniraj Mohammed, yang berlatar belakang muslim -- berbicara kepada orang desa tentang penyerangan tersebut, ia dan asistennya turut mengalami penganiayaan.
Apa yang dilakukan oleh pendeta Paul? Ketika asistennya sedang dipukuli, ia berlutut dan berdoa, memohon agar Tuhan menyelamatkan mereka dan juga mengampuni para penyerang mereka itu. Seorang wanita desa menyaksikan bagaimana pendeta Paul berdoa dan tersentuh oleh kerendah-hatiannya, serta merta meminta kepada para penyerang untuk berhenti. Bukan saja berhenti, tetapi juga meminta maaf kepada pendeta itu! Paul Ciniraj Mohammed tidak mengadukan penyerangan ini kepada polisi karena mereka telah meminta maaf. Rumah Doa itu sendiri habis oleh api, tidak terselamatkan, tetapi orang-orang Kristen di desa itu tetap bertekad untuk bersekutu dalam doa dan pemahaman Alkitab di rumah-rumah mereka.
Berita-berita semacam ini muncul dari segala penjuru dunia, termasuk dari Indonesia di mana penganiayaan seakan-akan dilakukan bergilir di seluruh tempat di negeri ini. Sementara itu, gerakan-gerakan fundamentalis Islam bersuara semakin keras, menunjukkan kekuatannya. Belum lama berselang, mereka menekan kalangan Islam Liberal dan mengacungkan vonis pemurtadan, sambil menyerukan sikap yang keras. Sedemikian rupa kerasnya, sehingga tokoh-tokoh muslim sendiri merasa khawatir. Nampaknya, semakin tepat kaum muslim mengikuti kebenaran kitab sucinya, semakin keras sikap mereka terhadap orang-orang yang tidak seiman.
Di luar urusan religius, kita juga dikejutkan dengan masalah moralitas. Rupanya pornografi sudah begitu kuat mencengkram alam pikir anak-anak kita, sehingga dua orang remaja bisa memperkosa seorang bocah berumur 6 tahun, membunuhnya, lalu membakarnya tanpa merasa bersalah. Setelah melakukan kebejatan, mereka masih sempat main bola. Ketika kedua remaja itu ditangkap, mereka sedang bersantai-santai, sama sekali tidak nampak ketakutan atas perbuatan keji yang baru mereka lakukan. Kelihatannya, kombinasi antara kecabulan dan kejahatan sudah membuat manusia lebih jahat dari binatang buas, melampiaskan nafsu hanya demi nafsu.
Ada orang Kristen yang tidak peduli -- dan itulah masalah besarnya. Bagaimana mungkin, seorang Kristen tidak peduli atas dunianya yang semakin lama semakin memburuk? Tetapi dia hanya mengangkat bahu sambil berkata, "biarlah terjadi apa yang akan terjadi, toh Tuhan pasti menolong." Ya, Tuhan pasti menolong, tetapi orang Kristen ini sama sekali tidak mau ikut campur. Ada orang Kristen yang ketakutan, lantas berseru-seru dalam doa dan doa dan doa memohon pemulihan. Tetapi selain berdoa, mereka juga tidak melakukan banyak hal lain, kecuali mencari-cari jawaban atas masa dan waktu. Kita sudah menemukan kelompok jemaat Pondok Nabi yang meyakini hari kedatangan Kristus, yang terbukti keliru. Namun orang tidak berhenti mencari tahu kapan waktu kedatangan-Nya, kapan waktu pemulihan itu.
Dan dipikir-pikir, mungkin beginilah kira-kira keadaan murid-murid Kristus pada masa hidup mereka. Ada keresahan yang besar, penganiayaan yang luar biasa. Penindasan oleh penjajah Romawi yang kejam, yang sedemikian kejam sehingga memberi hukuman salib. Tidak sedikit orang yang dihukum salib seperti Tuhan Yesus, bahkan jumlahnya menurut sejarawan telah mencapai ribuan orang. Tangan Romawi adalah tangan besi, yang menghancurkan Yerusalem di tahun 70 M karena mereka memberontak. Nampaknya, orang Romawi bahkan lebih jahat daripada orang Babilonia yang dahulu juga menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah.
Wajar saja, ketika murid-murid itu menyuarakan pertanyaan "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Mereka telah tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, yang tidak diragukan lagi sanggup memulihkan kerajaan bagi Israel. Itulah yang menjadi impian tiap orang Israel: mendapatkan kerajaan mereka kembali, dalam pemulihan yang ilahi. Mereka menginginkan kehidupan berjalan seperti semula, mendefinisikan "PULIH" sebagaimana yang manusia pikirkan.
Tetapi apa jawab Tuhan? "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
ENGKAU TIDAK PERLU TAHU. Bukan urusan murid untuk mengetahui tentang masa dan waktu. Bukan urusan kita untuk meributkan dan memusingkan kapan pemulihan akan terjadi. Sebagai ganti dari jawaban atas masa dan waktu pemulihan, Tuhan Yesus memberi suatu kepastian: KAMU AKAN MENERIMA KUASA. Kuasa apa? Kuasa untuk menjadi saksi Tuhan di seluruh dunia.
Tuhan bukannya menghibur murid-murid-Nya dengan memberi penjelasan tentang nubuat-nubuat dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, melainkan Ia menegaskan tentang pokok yang harus dilakukan, untuk menjadi saksi-Nya mengabarkan Injil. Dalam kata-kata Matius, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Inilah urusan kita, tugas kita. Keadaan mungkin nampak buruk, situasi kelihatan buruk sehingga tak ada harapan lagi, tetapi urusan kita adalah menjadi saksi Kristus, memberitakan Injil, dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Bagian kita bukan hanya berdoa -- jangan salah, berdoa adalah yang paling penting untuk dilakukan, tetapi bukan satu-satunya yang bisa dikerjakan.
Dahulu
ada seorang rekan segereja yang berkomentar, betapa konyolnya membawa
alkitab untuk menolong orang yang sedang susah. Sekarang keadaan sedang
terjepit, yang dibutuhkan adalah jalan keluar, solusi instan. Cepat!
Mana ada waktu untuk bicara tentang hal-hal seperti keselamatan dalam
Kristus? Lagipula, betapa tidak pantasnya. Beberapa teman di mailing
list mencela sikap orang-orang Kristen yang berusaha memberitakan Injil
kepada orang-orang Aceh yang baru terkena bencana Tsunami. Kalau
memberikan bantuan kemanusiaan, berikanlah tanpa embel-embel Injil!
Tetapi, sebenarnya Injil adalah faktor utama yang dibawa untuk menyelamatkan orang. Kebenaran Kristus yang datang menyelamatkan dunia menjadi dasar bagi usaha untuk menolong siapa pun yang membutuhkan, 106kan ketika keadaan menjadi sangat sukar dan tidak masuk akal untuk memberikan pertolongan apa pun. Jika orang melakukan usaha kemanusiaan, upaya itu dibatasi oleh sifat manusia. Jika terlalu sukar, atau terlalu berbahaya, orang akan berhenti sambil mengangkat bahunya, "Tidak bisa." Sebaliknya, upaya memberitakan Injil adalah komitmen untuk memenuhi panggilan Tuhan, melakukan pekerjaan yang Allah berikan.
Amat keliru jika memikirkan pemberitaan Injil adalah kotbah atau memaksa orang mendengar dan mengaku percaya demi mendapatkan sekotak makanan. Berita Injil disampaikan terlebih dahulu melalui perbuatan, bukan kata-kata. Tuhan Yesus melakukannya dengan menyembuhkan dan memulihkan kehidupan orang-orang, bukan hanya bicara dan bicara.
Saya sangat tersentuh ketika membaca bukunya Franklin Graham, "Living Beyond The Limits" (terjemahan Indonesia: Hidup Melampaui Batas-batas, penerbit Nafiri Gabriel, Jakarta). Dia memberi kesaksian tentang bagaimana dirinya serta orang-orang yang setia kepada Tuhan bekerja dalam keadaan yang rusak di Angola, Bosnia, Libanon, dan juga kepada narapidana di penjara. Kehidupan yang rusak dipulihkan oleh Firman Allah, dan bantuan kemanusiaan adalah perangkat-perangkat-Nya. Ibaratnya seperti peralatan medis, semua yang dibutuhkan untuk menolong seorang pasien yang sakit. Peralatan-peralatan itu berguna sekali di tangan seorang dokter, tetapi hanya menimbulkan kesulitan di tangan awam (walau bukan berarti tidak bisa dipakai sama sekali). Yang menyembuhkan adalah dokter, bukan peralatannya. Ia yang tahu apa kegunaan setiap alat, bagaimana memakainya dengan efektif.
Untuk semua kesusahan, Graham membawa Firman Allah dengan perangkat-perangkat yang disiapkan oleh Samaritan Purse, organisasi pelayanannya. Ia mendirikan atap-atap bagi orang di Bosnia, memberikan seekor sapi yang menolong Panglima Mohammed melalui musim dingin yang sukar. Tetapi semua itu menjadi bagian dari pemberitaan Injil: tindakan pertolongan itulah yang menjadi Injil yang diberitakan. Pertolongan yang dibutuhkan manusia bukan sekedar cara untuk makan hari ini saja, melainkan pemulihan kehidupan secara utuh, secara menyeluruh. Orang harus ditolong untuk melalui masa-masa yang sukar dan menjalani hidup yang baru, yang kekal di dalam Tuhan.
Pemberitaan Injil menjadi usaha pertolongan yang dibutuhkan itu; isinya bukan hanya sekedar membicarakan Firman, melainkan melakukannya. Orang terlebih dahulu melihat apa yang dilakukan, bukan apa yang diucapkan. Memang sangat penting untuk menjaga agar perilaku senantiasa sesuai dengan ucapan, tetapi jika kita tidak bisa menjaga ucapan kita dari kata-kata yang jahat dan kotor, sebaiknya kita tidak berkata apa-apa.
Apakah semua ini hanya perlu dilakukan tanpa suatu arah, tanpa suatu tujuan akhir? Tidak begitu. Perhatikanlah kembali apa yang terjadi setelah Tuhan Yesus naik ke Surga. Ia telah memberikan amanat-Nya untuk memberitakan Injil. Murid-murid diharapkan untuk segera menyebar dan mempersiapkan diri menerima kuasa seperti dijanjikan-Nya. Jadi, begitu
Kristus naik, sudah selesai, bukan? Tugas sudah diberikan. Briefing sudah selesai. Sekarang, bubar!
Tetapi, Tuhan tidak berhenti di kenaikan. Ketika murid-murid masih memandang ke langit, ada dua orang berpakaian putih memberi penjelasan penting ini: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Setelah kenaikan-Nya, ada berita lain yang tak kalah pentingnya: Tuhan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kenaikan-Nya ke Sorga. TUHAN AKAN DATANG KEMBALI. Ini perlu ditulis dengan huruf besar-besar, agar kita semua ingat. Pemberitaan Injil bukan hanya suatu proses satu arah, seperti yang dilakukan oleh banyak tokoh agama. Mereka semua menuju ke satu titik puncak, setelah itu masuk ke alam surgawi dan tidak pernah kembali lagi. Tetapi, Tuhan Yesus akan datang kembali. Memang kita tidak tahu tentang waktu dan masa, tetapi kita tahu pasti akan kedatangan-Nya.
Pemberitaan Injil mengarahkan orang untuk menghadapi masa itu, saat-saat kedatangan-Nya. Entah kita masih hidup, atau kita sudah mati, kita semua akan bangkit untuk menyongsong-Nya. Pemberitaan Injil bukan sekedar mengajar orang untuk berbalik dari jalan hidup mereka yang menuju kebinasaan, melainkan mempersiapkan orang bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Orang belajar untuk mengenal Tuhan, merasakan kasih karunia Tuhan, agar selanjutnya bisa membagikan kasih itu kepada orang lain. Ini adalah proses yang bertumbuh, sehingga setiap orang dapat menggunakan segala daya dan upayanya untuk menjangkau orang lain, dan akhirnya kelak bersama-sama akan bertemu muka dengan Tuhan.
Karena sifatnya yang menyongsong ini, waktunya terbatas. Pilihannya pun terbatas. Jika seseorang mau menerima Injil Yesus Kristus, dia akan diselamatkan. Jika ia tidak mau menerima, orang ini tidak akan selamat di hadapan Tuhan yang datang kelak. Dan waktunya tidak panjang: mungkin kematian akan lebih dahulu mengambil kesempatan bertobat. Mungkin pula, besok Tuhan datang dan tidak ada lagi kesempatan. Di tengah-tengah bencana dan kesusahan, siapa yang tahu berapa lama lagi waktunya akan habis?
Ketika saat-Nya tiba, bukankah mereka yang masih belum mengenal Dia akan celaka? Karena itu, betapa pentingnya memberitakan Injil. Beritakanlah dengan perbuatan kita pada dunia, beritakanlah dengan kesaksian kita tentang Kristus dalam hidup kita, dan beritakanlah dengan ucapan kita yang menjelaskan kasih karunia-Nya.
Satu hal, sebagai penutup: untuk memberitakan Injil, kita terlebih dahulu harus mengetahui Injil. Kita harus belajar Firman, belajar dengan tekun dan setia. Kalau tidak belajar, apa yang dapat kita sampaikan? Jangan dengarkan orang-orang yang masih sibuk meributkan tentang otoritas Alkitab, atau tentang kritik-kritik Alkitab. Mereka yang meributkan itu tentu tidak akan menerima Alkitab sebagai Firman Allah yang berotoritas yang harus segera diberitakan kepada banyak orang. Kemanusiaan menjadi hal yang terpisah dari Firman, dan ketika kemanusiaan dilaksanakan tanpa Tuhan, keadaannya seperti alat bedah di tangan seorang awam. Bukannya menyembuhkan, sebaliknya bisa mematikan!
Belajar Firman hanya dapat dimulai dengan merendahkan diri di bawah otoritas Allah, tunduk kepada Firman-Nya.
Dibutuhkan dedikasi dan komitmen untuk merenungkan Firman, menemukan kebenaran-kebenaran mutlak yang dibutuhkan untuk kehidupan. Kita tidak bisa begitu saja membaca Alkitab lalu mendapatkan semuanya, seperti memungut batu di pinggir jalan. Dan dibutuhkan lebih banyak lagi upaya untuk menjadikan kebenaran-Nya menjadi prinsip yang menghidupi kita, yang terwujud dalam segala perkataan, perbuatan, bahkan pikiran kita. Semua ini adalah proses yang terus menerus, pembaharuan budi yang terus menerus menjadi manusia yang Allah inginkan, serta memberi kehidupan pada dunia.
Kiranya, kita mengerti bahwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus adalah awal dari pemberitaan Injil, yang mengajak kita sekalian untuk mengambil bagian di dalamnya. Terpujilah TUHAN!
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
Bahan bacaan di atas menjadi acuan ketika saya diminta berbicara di antara teman-teman dalam persekutuan kami. Karena saat ini adalah waktu-waktu menjelang peringatan kenaikan Tuhan Yesus Kristus, rasanya memang sudah seharusnya kami membicarakan topik ini. Mulanya biasa saja, bagian bahan yang rasanya tidak terlalu istimewa. Tapi, itu sebelum saya benar-benar memperhatikannya.
Ternyata, setiap bagian dari Firman Tuhan sesungguhnya istimewa. Kita saja yang belum tahu relevansinya.
Kami mulai membahasnya dengan mendiskusikan bagaimana kehidupan di jaman sekarang ini. Seperti apa kualitas kehidupan? Apakah menjadi semakin baik atau semakin buruk? Dan kami harus melihat bahwa ternyata dunia tidaklah sebaik yang diinginkan. Memang benar, ada kemajuan di sana sini tetapi kemerosotan nampaknya lebih cepat terjadi. Sementara sebagian kecil orang menjadi semakin makmur, sebagian besar manusia di muka bumi mengalami kesusahan yang besar. Masalah muncul dalam berbagai bentuk: pertikaian politik, kemunduran ekonomi, masalah kesehatan, masalah kemanusiaan, sampai datangnya bencana alam yang luar biasa.
Kehidupan naik turun seperti roller-coaster: mula-mula terasa naik perlahan-lahan, lalu tiba-tiba meluncur dengan cepat ke bawah. Bedanya, jika dalam permainan roller-coaster orang menjerit ngeri sambil merasa senang, dalam peristiwa yang mengerikan seperti bencana gempa di Nias, orang menjerit ngeri sambil memandang kematian. Kehancuran. Baru saja rasanya aman, selamat dari bencana tsunami sehingga bisa mulai menata hidup, tiba-tiba semuanya runtuh dalam guncangan yang amat keras di malam hari.
Kehidupan orang Kristen tidak terluput dari kesukaran. Adakah yang mendengar berita, pada tanggal 1 April yang lalu di desa Kerala, India? Sekelompok muslim dan hindu baru saja membakar habis sebuah rumah doa dan menyerang tiga anggota gerejanya. Dua hari kemudian, ketika pendetanya -- Paul Ciniraj Mohammed, yang berlatar belakang muslim -- berbicara kepada orang desa tentang penyerangan tersebut, ia dan asistennya turut mengalami penganiayaan.
Apa yang dilakukan oleh pendeta Paul? Ketika asistennya sedang dipukuli, ia berlutut dan berdoa, memohon agar Tuhan menyelamatkan mereka dan juga mengampuni para penyerang mereka itu. Seorang wanita desa menyaksikan bagaimana pendeta Paul berdoa dan tersentuh oleh kerendah-hatiannya, serta merta meminta kepada para penyerang untuk berhenti. Bukan saja berhenti, tetapi juga meminta maaf kepada pendeta itu! Paul Ciniraj Mohammed tidak mengadukan penyerangan ini kepada polisi karena mereka telah meminta maaf. Rumah Doa itu sendiri habis oleh api, tidak terselamatkan, tetapi orang-orang Kristen di desa itu tetap bertekad untuk bersekutu dalam doa dan pemahaman Alkitab di rumah-rumah mereka.
Berita-berita semacam ini muncul dari segala penjuru dunia, termasuk dari Indonesia di mana penganiayaan seakan-akan dilakukan bergilir di seluruh tempat di negeri ini. Sementara itu, gerakan-gerakan fundamentalis Islam bersuara semakin keras, menunjukkan kekuatannya. Belum lama berselang, mereka menekan kalangan Islam Liberal dan mengacungkan vonis pemurtadan, sambil menyerukan sikap yang keras. Sedemikian rupa kerasnya, sehingga tokoh-tokoh muslim sendiri merasa khawatir. Nampaknya, semakin tepat kaum muslim mengikuti kebenaran kitab sucinya, semakin keras sikap mereka terhadap orang-orang yang tidak seiman.
Di luar urusan religius, kita juga dikejutkan dengan masalah moralitas. Rupanya pornografi sudah begitu kuat mencengkram alam pikir anak-anak kita, sehingga dua orang remaja bisa memperkosa seorang bocah berumur 6 tahun, membunuhnya, lalu membakarnya tanpa merasa bersalah. Setelah melakukan kebejatan, mereka masih sempat main bola. Ketika kedua remaja itu ditangkap, mereka sedang bersantai-santai, sama sekali tidak nampak ketakutan atas perbuatan keji yang baru mereka lakukan. Kelihatannya, kombinasi antara kecabulan dan kejahatan sudah membuat manusia lebih jahat dari binatang buas, melampiaskan nafsu hanya demi nafsu.
Ada orang Kristen yang tidak peduli -- dan itulah masalah besarnya. Bagaimana mungkin, seorang Kristen tidak peduli atas dunianya yang semakin lama semakin memburuk? Tetapi dia hanya mengangkat bahu sambil berkata, "biarlah terjadi apa yang akan terjadi, toh Tuhan pasti menolong." Ya, Tuhan pasti menolong, tetapi orang Kristen ini sama sekali tidak mau ikut campur. Ada orang Kristen yang ketakutan, lantas berseru-seru dalam doa dan doa dan doa memohon pemulihan. Tetapi selain berdoa, mereka juga tidak melakukan banyak hal lain, kecuali mencari-cari jawaban atas masa dan waktu. Kita sudah menemukan kelompok jemaat Pondok Nabi yang meyakini hari kedatangan Kristus, yang terbukti keliru. Namun orang tidak berhenti mencari tahu kapan waktu kedatangan-Nya, kapan waktu pemulihan itu.
Dan dipikir-pikir, mungkin beginilah kira-kira keadaan murid-murid Kristus pada masa hidup mereka. Ada keresahan yang besar, penganiayaan yang luar biasa. Penindasan oleh penjajah Romawi yang kejam, yang sedemikian kejam sehingga memberi hukuman salib. Tidak sedikit orang yang dihukum salib seperti Tuhan Yesus, bahkan jumlahnya menurut sejarawan telah mencapai ribuan orang. Tangan Romawi adalah tangan besi, yang menghancurkan Yerusalem di tahun 70 M karena mereka memberontak. Nampaknya, orang Romawi bahkan lebih jahat daripada orang Babilonia yang dahulu juga menyerbu Yerusalem dan menghancurkan Bait Allah.
Wajar saja, ketika murid-murid itu menyuarakan pertanyaan "Tuhan, maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?" Mereka telah tahu bahwa Yesus adalah Tuhan, yang tidak diragukan lagi sanggup memulihkan kerajaan bagi Israel. Itulah yang menjadi impian tiap orang Israel: mendapatkan kerajaan mereka kembali, dalam pemulihan yang ilahi. Mereka menginginkan kehidupan berjalan seperti semula, mendefinisikan "PULIH" sebagaimana yang manusia pikirkan.
Tetapi apa jawab Tuhan? "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya. Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi."
ENGKAU TIDAK PERLU TAHU. Bukan urusan murid untuk mengetahui tentang masa dan waktu. Bukan urusan kita untuk meributkan dan memusingkan kapan pemulihan akan terjadi. Sebagai ganti dari jawaban atas masa dan waktu pemulihan, Tuhan Yesus memberi suatu kepastian: KAMU AKAN MENERIMA KUASA. Kuasa apa? Kuasa untuk menjadi saksi Tuhan di seluruh dunia.
Tuhan bukannya menghibur murid-murid-Nya dengan memberi penjelasan tentang nubuat-nubuat dan peristiwa-peristiwa yang akan datang, melainkan Ia menegaskan tentang pokok yang harus dilakukan, untuk menjadi saksi-Nya mengabarkan Injil. Dalam kata-kata Matius, "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."
Inilah urusan kita, tugas kita. Keadaan mungkin nampak buruk, situasi kelihatan buruk sehingga tak ada harapan lagi, tetapi urusan kita adalah menjadi saksi Kristus, memberitakan Injil, dan menjadikan semua bangsa murid Kristus. Bagian kita bukan hanya berdoa -- jangan salah, berdoa adalah yang paling penting untuk dilakukan, tetapi bukan satu-satunya yang bisa dikerjakan.
Tetapi, sebenarnya Injil adalah faktor utama yang dibawa untuk menyelamatkan orang. Kebenaran Kristus yang datang menyelamatkan dunia menjadi dasar bagi usaha untuk menolong siapa pun yang membutuhkan, 106kan ketika keadaan menjadi sangat sukar dan tidak masuk akal untuk memberikan pertolongan apa pun. Jika orang melakukan usaha kemanusiaan, upaya itu dibatasi oleh sifat manusia. Jika terlalu sukar, atau terlalu berbahaya, orang akan berhenti sambil mengangkat bahunya, "Tidak bisa." Sebaliknya, upaya memberitakan Injil adalah komitmen untuk memenuhi panggilan Tuhan, melakukan pekerjaan yang Allah berikan.
Amat keliru jika memikirkan pemberitaan Injil adalah kotbah atau memaksa orang mendengar dan mengaku percaya demi mendapatkan sekotak makanan. Berita Injil disampaikan terlebih dahulu melalui perbuatan, bukan kata-kata. Tuhan Yesus melakukannya dengan menyembuhkan dan memulihkan kehidupan orang-orang, bukan hanya bicara dan bicara.
Saya sangat tersentuh ketika membaca bukunya Franklin Graham, "Living Beyond The Limits" (terjemahan Indonesia: Hidup Melampaui Batas-batas, penerbit Nafiri Gabriel, Jakarta). Dia memberi kesaksian tentang bagaimana dirinya serta orang-orang yang setia kepada Tuhan bekerja dalam keadaan yang rusak di Angola, Bosnia, Libanon, dan juga kepada narapidana di penjara. Kehidupan yang rusak dipulihkan oleh Firman Allah, dan bantuan kemanusiaan adalah perangkat-perangkat-Nya. Ibaratnya seperti peralatan medis, semua yang dibutuhkan untuk menolong seorang pasien yang sakit. Peralatan-peralatan itu berguna sekali di tangan seorang dokter, tetapi hanya menimbulkan kesulitan di tangan awam (walau bukan berarti tidak bisa dipakai sama sekali). Yang menyembuhkan adalah dokter, bukan peralatannya. Ia yang tahu apa kegunaan setiap alat, bagaimana memakainya dengan efektif.
Untuk semua kesusahan, Graham membawa Firman Allah dengan perangkat-perangkat yang disiapkan oleh Samaritan Purse, organisasi pelayanannya. Ia mendirikan atap-atap bagi orang di Bosnia, memberikan seekor sapi yang menolong Panglima Mohammed melalui musim dingin yang sukar. Tetapi semua itu menjadi bagian dari pemberitaan Injil: tindakan pertolongan itulah yang menjadi Injil yang diberitakan. Pertolongan yang dibutuhkan manusia bukan sekedar cara untuk makan hari ini saja, melainkan pemulihan kehidupan secara utuh, secara menyeluruh. Orang harus ditolong untuk melalui masa-masa yang sukar dan menjalani hidup yang baru, yang kekal di dalam Tuhan.
Pemberitaan Injil menjadi usaha pertolongan yang dibutuhkan itu; isinya bukan hanya sekedar membicarakan Firman, melainkan melakukannya. Orang terlebih dahulu melihat apa yang dilakukan, bukan apa yang diucapkan. Memang sangat penting untuk menjaga agar perilaku senantiasa sesuai dengan ucapan, tetapi jika kita tidak bisa menjaga ucapan kita dari kata-kata yang jahat dan kotor, sebaiknya kita tidak berkata apa-apa.
Apakah semua ini hanya perlu dilakukan tanpa suatu arah, tanpa suatu tujuan akhir? Tidak begitu. Perhatikanlah kembali apa yang terjadi setelah Tuhan Yesus naik ke Surga. Ia telah memberikan amanat-Nya untuk memberitakan Injil. Murid-murid diharapkan untuk segera menyebar dan mempersiapkan diri menerima kuasa seperti dijanjikan-Nya. Jadi, begitu
Kristus naik, sudah selesai, bukan? Tugas sudah diberikan. Briefing sudah selesai. Sekarang, bubar!
Tetapi, Tuhan tidak berhenti di kenaikan. Ketika murid-murid masih memandang ke langit, ada dua orang berpakaian putih memberi penjelasan penting ini: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Setelah kenaikan-Nya, ada berita lain yang tak kalah pentingnya: Tuhan akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kenaikan-Nya ke Sorga. TUHAN AKAN DATANG KEMBALI. Ini perlu ditulis dengan huruf besar-besar, agar kita semua ingat. Pemberitaan Injil bukan hanya suatu proses satu arah, seperti yang dilakukan oleh banyak tokoh agama. Mereka semua menuju ke satu titik puncak, setelah itu masuk ke alam surgawi dan tidak pernah kembali lagi. Tetapi, Tuhan Yesus akan datang kembali. Memang kita tidak tahu tentang waktu dan masa, tetapi kita tahu pasti akan kedatangan-Nya.
Pemberitaan Injil mengarahkan orang untuk menghadapi masa itu, saat-saat kedatangan-Nya. Entah kita masih hidup, atau kita sudah mati, kita semua akan bangkit untuk menyongsong-Nya. Pemberitaan Injil bukan sekedar mengajar orang untuk berbalik dari jalan hidup mereka yang menuju kebinasaan, melainkan mempersiapkan orang bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan-Nya. Orang belajar untuk mengenal Tuhan, merasakan kasih karunia Tuhan, agar selanjutnya bisa membagikan kasih itu kepada orang lain. Ini adalah proses yang bertumbuh, sehingga setiap orang dapat menggunakan segala daya dan upayanya untuk menjangkau orang lain, dan akhirnya kelak bersama-sama akan bertemu muka dengan Tuhan.
Karena sifatnya yang menyongsong ini, waktunya terbatas. Pilihannya pun terbatas. Jika seseorang mau menerima Injil Yesus Kristus, dia akan diselamatkan. Jika ia tidak mau menerima, orang ini tidak akan selamat di hadapan Tuhan yang datang kelak. Dan waktunya tidak panjang: mungkin kematian akan lebih dahulu mengambil kesempatan bertobat. Mungkin pula, besok Tuhan datang dan tidak ada lagi kesempatan. Di tengah-tengah bencana dan kesusahan, siapa yang tahu berapa lama lagi waktunya akan habis?
Ketika saat-Nya tiba, bukankah mereka yang masih belum mengenal Dia akan celaka? Karena itu, betapa pentingnya memberitakan Injil. Beritakanlah dengan perbuatan kita pada dunia, beritakanlah dengan kesaksian kita tentang Kristus dalam hidup kita, dan beritakanlah dengan ucapan kita yang menjelaskan kasih karunia-Nya.
Satu hal, sebagai penutup: untuk memberitakan Injil, kita terlebih dahulu harus mengetahui Injil. Kita harus belajar Firman, belajar dengan tekun dan setia. Kalau tidak belajar, apa yang dapat kita sampaikan? Jangan dengarkan orang-orang yang masih sibuk meributkan tentang otoritas Alkitab, atau tentang kritik-kritik Alkitab. Mereka yang meributkan itu tentu tidak akan menerima Alkitab sebagai Firman Allah yang berotoritas yang harus segera diberitakan kepada banyak orang. Kemanusiaan menjadi hal yang terpisah dari Firman, dan ketika kemanusiaan dilaksanakan tanpa Tuhan, keadaannya seperti alat bedah di tangan seorang awam. Bukannya menyembuhkan, sebaliknya bisa mematikan!
Belajar Firman hanya dapat dimulai dengan merendahkan diri di bawah otoritas Allah, tunduk kepada Firman-Nya.
Dibutuhkan dedikasi dan komitmen untuk merenungkan Firman, menemukan kebenaran-kebenaran mutlak yang dibutuhkan untuk kehidupan. Kita tidak bisa begitu saja membaca Alkitab lalu mendapatkan semuanya, seperti memungut batu di pinggir jalan. Dan dibutuhkan lebih banyak lagi upaya untuk menjadikan kebenaran-Nya menjadi prinsip yang menghidupi kita, yang terwujud dalam segala perkataan, perbuatan, bahkan pikiran kita. Semua ini adalah proses yang terus menerus, pembaharuan budi yang terus menerus menjadi manusia yang Allah inginkan, serta memberi kehidupan pada dunia.
Kiranya, kita mengerti bahwa kenaikan Tuhan Yesus Kristus adalah awal dari pemberitaan Injil, yang mengajak kita sekalian untuk mengambil bagian di dalamnya. Terpujilah TUHAN!
YESUS KRISTUS mengasihi Anda..
Langganan:
Postingan (Atom)